olik

olik

Senin, 10 Januari 2011

Psikologi


PENDAHULUAN

Ilmu jiwa perkembangan, kadang-kadang disebut ilmu jiwa genetis, ilmu jiwa anak, dan kebanyakan penulis mempergunakan istilah psikologi perkembangan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan developmental psychology, sedangkan dalam bahasa arab disebut tathawwuran nafsi. Sepintas lalu, orang cenderung mendapatkan kesan bahwa semua istilah itu mempunyai pengertian yang sama, yakni psikologi perkembangan. Tetapi sebenarnya, sebagian daripada nya mempunyai titik orientasi pembahasan tersendiri.[1]
Psikologi perkembangan dibagi dalam fase-fase dan tahapan-tahapan dalam perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak,masa remaja, masa awal dewasa, masa usia pertengahan dan masa tua. Tahapan kehidupan tersebut mempunyai karakter-karakter dan perilaku yang berbeda-beda. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang perkembangan masa bayi yang berlangsung dua tahun pertama setelah perodiode bayi yang baru lahir dua minggu. Meskipun masa bayi sering dianggap sebagai masa bayi baru lahi, tetapi label masa bayi akan digunakan untuk membedakan dengan periode pasca natal yang ditandai dengan keadaan sangat tidak berdaya. 
           



PEMBAHASAN

  1. Pengertian
Kohnstamn, seorang ilmuan bangsa Belanda menyebutkan masa ini dengan periode vital (Zulkifli, 1993 : 22). Kata vital secara harfiah berarti “penting”, jadi masa bayi dianggap sebagai masa perkembangan yang  sangat penting. Dikatakan vital, karena kondisi fisik dan mental bayi menjadi pondasi kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Anak pada masa ini mengalami perkembangan yang pesat baik jasmani maupun rohani.
Masa bayi berlangsung dari usia 2 minggu setelah kelahiran sampai 2 tahun pertama dalam kehidupannya (Hurluck, 1997: 76). Mengenai mengapa masa bayi dibatasi sampai 2 tahun?. Imam Bawani memberikan alasan sebagaimana telah difirmankan Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah: 233, bahwa menyusui bayi sangat penting bagi perkembangan anak manusia yang masih lemah dan tidak berdaya tersebut. Dengan ASI dan tentunya juga bentuk-bentuk pemeliharaan yang lain, maka tahap demi tahap bayi akan terus tumbuh dan berkembang. Pada sa’at anak berusia dua tahun, maka pola perkembangan berbeda dengan fase-fase sebelumnya (Bawani, 1990: 40).[2]
Karena istilah “bayi” banyak ditafsirkan sebagai individu yang tidak berdaya, maka semakin umum orang menamakan masa bayi selama dua tahun itu sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Anak kecil adalah bayi yang telah berhasil mengusai tubuhnya sehingga relative mandiri.
Prestasi anak dalam setiap proses perkembangan yang disertai usaha belajar itu tergantung pada bakkat kemampuan anak itu sendiri. Ditunjang pula oleh usaha pertolongan dari  orang dewasa. Sehubungan dengan itu, individualitas anak dengan cirri-ciri khas dan watak nya yang unik akan segera tampak sejak kelahiran. Yaitu anak akan menampilkan sifat-sifat pribadi dan kecepatan perkembangan yang berbeda.
Cirri khas yang sangat menyolok pada masa bayi adalah kemampuan mental dan daya akalnya yang pada umumnya berkembang lebih cepat dari kemampuan fisiknya. Sehingga masa ini dikatakan pula  sebagai masa berbahaya. Ciri-ciri khas lainnya adalah bahwa periode ini merupakan tahun-tahun dasar, masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, masa menuju berkurangnya ketergantungan, masa meningkatnya individualitas dan permulaan sosialisasi, masa permulaan berkembangnya penggolongan peran seks, masa pemulaan kreativitas, masa yang menarik dan sekaligus berbahaya.

B.     Aspek Perkembangan
1.      Perkembangan Fisik dan Motorik
Secara garis besar perkembangan fisk dan motorik pada masa bayi adalah sebagai berikut :
a.         Pada tahun pertama kehidupannya, biasanya pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan tahun kedua mulai mengendur.
b.         Pola perkembangan bayi pria dan wanita umumnya sama.
c.         Tinggi badan secara proporsional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan selama tahun pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
d.        Dari 20 gigi seri, kira-kira 16 yang telah tumbuh sampai bayi berakhir. Gigi pertama muncul kira-kira usia 6-8 bulan, dan sekitar usia 1 tahun, rata-rata bayi mempunyai 4 sampai 6 gigi dan pada umur 2 tahun 16 gigi.
e.         Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala. Diperkirakan ¼ dari berat otak orang dewasa dicapai pada usia  9 bulan dan ¾ pada akhir tahun kedua.
f.          Organ keindraan berkembang dengan cepat selama masa bayi dan sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-bulan pertama kehidupannya terutama indera perasa/pengecap dan indera peraba. Dengan berkembangnya otot-otot pada masa bulan ketiga maka bayi telah sanggup melihat dengan jelas. Alat indera lainnya yang juga berkembang adalah pendengaran, penciuman, indera keseimbangan, indera perasa urat daging (terletak pada persendian).
g.         Fungsi-fungsi fisiologis pada masa ini adalah dasar pembentukan dan pembinaan untuk pola makan, tidur, dan buang air.
h.         Perkembangan penguasaan otot-otot, perkembangan ini mengikuti pola yang jelas dan dapat diduga yang ditentukan oleh hukum arah perkembangan. Menurut hukum ini, penguasaan atau pengendalian otot-otot bergerak melalui tubuh dari arah kepala menuju kaki. Dengan kata lain, terjadilah penguasaan otot-tot pada bagian kepala lebih dahulu dan selanjutnya pada bagian kaki (prinsip cephalocaudal). Perkembangan penguasaan otot-otot berhubungan dengan perkembangan motorik (gerakan).[3]
2.      Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)
Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :
a.         Belajar melalui pengamatan/ mengamati. Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
b.         Meniru orang tua. Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orang tua.
c.         Belajar konsentrasi. Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
d.        Mengenal anggota badan. Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.
e.         Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu. Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.
f.          Mulai mampu berimajinasi. Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
g.         Mampu berpikir antisipatif. Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.
h.         Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata. Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
i.           Cepat menangkap kata-kata baru. Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.
3.      Perkembangan Emosi Pada Bayi
Pada awalnya emosi pada bayi itu hanya tampil sebagai pernyataan diri yang hanya akan tampil bila keadaan fisiologisnya (bayi) tidak menyenangkan. misalnya, perut bayi kosong, (kita menyebutnya dia lapar). Pada saat itu kontraksi lambungnya membuat perutnya terasa sakit, maka bayi akan menangis karena lapar. Contoh lain, pada saat ibu sadar bayinya lapar, dia berusaha membuat bayinya tenang dengan cara menyusuinya. Bayi digendong dalam pelukannya yang hangat, dihibur dengan kata kata yang menunjukkan kasih sayang, di tepuk-tepuk, disusui. Rasa lapar bayi hilang ,rasa sakitnya juga hilang, dia digendong ditepuk-tepuk, dia merasa hangat, dan merasa senang. Emosi yang terkait pada hal-hal yang bersifat fisiologis ini disebut sebagai emosi primer, biasanya berlangsung sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan, dan mulai berkurang pada usia sekitar 1 tahun. Bentuk emosi primer adalah gembira, sedih, tidak suka, marah, terkejut dan takut. Emosi-emosi primer ini bisa di tampilkan dalam bentuk yang intens, kuat, atau bisa juga ditampilkan dalam bentuk yang sedang-sedang saja.
Pada usia sekitar 1 1/2 tahun yaitu setelah bayi mengenali bahwa diri berbeda dari orang lain maka bayi akan mengembangkan emosi yang sekunder, yaitu emosi yang terkait dengan kesadaran dirinya, disebut juga emosi yang dikaitkan dengan kehadiran orang lain. Emosi sekunder ini juga akan mengalami perkembangan. Pada awalnya bayi mengembangkan rasa empati (kalau melihat teman menangis,bayi ikut menangis), dia juga bisa merasa iri/ jelus pada anak lain atau pada adik kalau sudah ada adik, selain itu bayi sudah bisa menunjukkan rasa malu. Empati, rasa iri dan rasa malu ini mulai berkembang sekitar usia 1 ½ hingga usia 2 tahun.
Selanjutnya hingga usia 2½tahun bayi bisa mengembangkan rasa bangga akan diri, (Andi sekarang punya mobil baguuuusss sekali). Bersamaan dengan itu ia juga mengembangkan rasa bersalah dan rasa malu. Emosi-emosi ini terkait dengan penilaian dia terhadap dirinya sendiri, karena disini anak mulai mengenali aturan aturan sosial yang berlaku dan ia juga mulai bisa menggunakan standarstandar atau aturan-aturan sosial yang berlaku di lingkungannya untuk menilai tingkah lakunya secara sederhana. contohnya, Karin usia 3 tahun, karena tidak bisa mengendalikan dirinya ketika marah pada teman, dia memukul teman hingga teman menangis. Orang tua Karin sudah pernah memberi tahu pada Karin bahwa memukul teman akan menyebabkan teman merasa kesakitan, jadi kalau teman melakukan kekeliruan sebaiknya teman itu diberi tahu ,jangan dipukul. Ketika melihat teman menangis, Karin baru sadar bahwa dia melakukan kesalahan, muncul rasa bersalah pada Karin.
Pola emosional pada bayi yaitu :
1.      Kemarahan
Stimulus yang biasa membangkitkan rasa marah pada bayi adalah campur tangan terhadap gerakan-gerakan mencoba-coba, menghalangi keinginannya, tidak mengijinkannya mengerti sendiri, dan tidak memperkanankannya untuk melakukan apa yang dia inginkan. Biasanya tanggapan marah bias berupa menjerit, meronta-ronta, menendangkan kaki dan sebagainya.
2.      Ketakutan
Hal yang mungkin menakutkannya adalah suara keras, orang, barang, dan situasi asing, ruangan gelap, binatang. Tanggapan rasa takut yang lazim pada masa bayi, berupaya menjauhkan diri, merengek, menangis, dan menahan nafas.
3.      Rasa ingin tahu
Setiap mainan atau sesuatu yang baru dan tidak biasa adalah rangsangan terhadap rasa ingin tahunya. Bayi mudah mengungkapkan rasa keiningintahuannya yaitu melalui ekpresi wajah, menegangkan otot muka, membuka mulut, menjulurkan lidah.
4.      Kegembiraan
Kegembiraan ditimbulkan oleh kesenangan fisik. Pada bulan kedua atau ketiga bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, mengglitik, mengamati, memperhatikannya. Bayi mengekpresikan rasa kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, dan menggerakkan lengan dan kakinya.
4.      Perkembangan bahasa
Berbicara merupaka sarana komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan dalam setiap bentuk bahasa, tulisan, lisan, isyarat tubuh, dan sebagainya.
Dalam pola belajar berbicara biasanya terdapat empat bentuk prabicara; menangis, berceloteh, isyarat, dan ungkapan-ungkapan emosi. Menangis sering dilakukan dibulan-bulan pertama dan ini merupakan dasar bagi perkembangan bahasa, mengoceh merupakan tindakan yang paling penting karena sebenarnya inilah yang mengembangkan kemampuan berbicara.
Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa, sedangkan pada orang dewasa isyarat dipakai sebagai pelengkap bahasa. Karena bahasa didapat dari proses meniru, maka bayi perlu memperoleh model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.

C.      Implikasi Terhadap Pendidikan Agama
makna agama secara psikologis pasti berbeda-beda, karena agama menimbulkan makna yang berbeda-beda pada setiap orang. Bagi sebagian orang, agama adalah ritual ibadah, seperti salat dan puasa, bagi yang lain agama adalah pengabdian kepada sesama manusia bahkan sesama makhluk, bagi yang lain lagi agama adalah akhlak atau perilaku baik.
Bayi merupakan mahluk yang belum bisa mengenal tentang agama, bagaimana agama dipahami dan dijalankan. Bayi hanya bisa merespon apa-apa yang dikenalkan padanya, jika stimulus yang diberikan padanya berupa kebaikan maka bayi akan merespon dengan baik pula. Begitu juga dengan agama yaitu merupakan ajaran kebaikan yang harus ditanamkan sejak dini kepada bayi, yaitu dengan cara memberi contoh atau teladan yang baik ataupun memberikan pembiasaan kepada bayi yang sifatnya tentang keagamaan.
Jika nilai-nilai keagamaan sudah ditanamkan kepada bayi sejak dini, ini akan menjadi pondasi yang kuat untuk bayi dalam beragama. Sebagaimana dalam hadis yang berarti “sesungguhnya bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, yang menentukan dia menjadi nasrani, yahudi ataupun majusi adalah orangtuanya”. Jadi sudah sangat jelas orang tua sangat berpengaruh dalam menentukan agama seorang bayi.
Sedangkan implikasi pendidikan agama pada bayi ini akan berpengaruh besar terhadap perkembangan keagaman seorang anak. Oleh karena itu Kita sebagai calon guru PAI  harus bisa menjadi contoh yang baik dan bisa memberikan nilai-nilai keagamaan yang baik kepada bayi.








KESIMPULAN
Ciri-ciri yang menonjol dari masa bayi yang berlangsung dari minggu kedua sampai tahun kedua kehidupanya adalah bahwa priode ini merupakan tahun-tahun dasar yaitu masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, masa meningkatnya individualitas, dan permulaan sosialisasi dan masa yang menarik sekaligus berbahaya. Sedangkan perkembangan fisisk berlangsung secara berangsur-angsur sepanjang masa bayi.
Untuk dapat berkomunikasi, bayi harus mengerti apa yang disampaikan orang lain, karena tidak mampu berbicara selama hampir selama masa bayi, maka komunikasi bayi terutama dalam bentuk prabicara yaitu menangis, mengoceh, gerakan isyarat dan ekspresi wajah.
Karena bayi cepat merespon apapun yang ada diskitarnya, maka berikan stimulus yang bersifat baik dan contoh-contoh yang baik agar perkembangan bayipun menjadi baik.





DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth B. Hurlock Psikologi perkembangan “suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan”  1980, Erlangga: Jakarta.
Elvi yuliani Rochmah, M,pd.i Psikologi perkembangan, Teras : Jogjakarta, 2005





[1] Imam Bawani, Ilmu Jiwa Perkembangan, (Surabaya : pt bina ilmu, 1985) hal 15.
[2] Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Teras, 2005), hal 115-116.
[3] Ibid. hal 118.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar