olik

olik

Selasa, 24 Agustus 2010

kurikulum

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SMA ISLAM BAHRUL ULUM

A. Rasional
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan menghadapi era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan, maka diperlukan suatu rancangan pendidikan yang dibutuhkan untuk membekali peserta didik dalam berbagai macam persoalan dalam kehidupan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah memprogramkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat menggali potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik, dan kurikulum ini merupakan pembaharuan dari Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai, Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama di lakukan, sementara itu sebagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Hasil- hasil pendidikan saat ini secara riel belum menunjukkkan relevansi yang memadai dengan kebutuhan masyarakat. Pada kenyataanya bangsa Indonesia saat ini sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, di satu sisi dengan tersedianya fasilitas yang memadai di harapkan terjadinya peningkatan kualitas proses belajar mengajar sekaligus kualitas hasil belajar sebagai produk dari proses belajar mengajar itu sendiri.
Lembaga Pendidikan di daerah Banyumas secara umum sudah merata, baik yang bersifat umum (Diknas) maupun agama (Depag), namun masing-masing lembaga pendidikan tersebut hanya memprioritaskan satu keilmuan saja.
Dengan keadaan semacam ini banyak peserta didik kurang mempunyai keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum yang seharusnya keilmuan tersebut seyogyanya dimiliki oleh peserta didik guna bekal menghadapi perubahan zaman.



Keberhasilan penyelenggaraan kurikulum di SMA ISLAM BAHRUL ULUM, apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan di SMA ISLAM BAHRUL ULUM Sumpiuh Banyumas Jawa Tengah, dalam kurikulum ini di tawarkan pembelajaran yang memadukan antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama, selain kedua keilmuan tersebut dalam proses pebelajarannya para siswa juga akan di bekali pengetahuan atau kecakapan-kecakapan yang di anggap perlu, yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan yang dititik beratkan pada pengamalan kehidupan sehari-hari.

B. Landasan Dasar
1. Landasan Filosofis SMA ISLAM BAHRUL ULUM
“ Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS.Al Kahfi : 109)
“ Barang siapa ingin dunia ( hidup di dunia dengan baik), hendaklah dengan ilmu, barang siapa ingin akherat (hidup nanti di akherat dengan senang) hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin keduanya, hendaklah dengan ilmu.” (H.R. Imam Ahmad)

2. Landasan Konstitusional SMA ISLAM BAHRUL ULUM
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (19); Pasal 18 Ayat (1).
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat 2 dan Pasal 49 Ayat 1.
c. Peraturan Mendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
d. Peraturan Mendiknas Nomor 23 tahun Standar Kompetensi Lulusan.
e. Peraturan Mendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23.


C. Visi Misi Aktivitas Strategi Dan Tujuan SMA Islam Bahrul Ulum

Visi
Terbaik dalam menjadikan insan yang bertaqwa, berilmu amaliah, dan beramal ilmiah

Misi
a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sebagai sumber kearifan dalam bertindak.
b. Meningkatkan profisionalisme dan manajemen sekolah dalam menghadapi era globalisasi dan otonomi sekolah.
c. Mengembangkan minat, kreativitas siswa agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
d. Mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk berinisiatif, serta mengembangkan minat pada kegiatan ekstrakurikuler.

Aktifitas Strategis
a. Menghargai keberagamaan agama, bangsa, suku, ras, dan golongan social, ekonomi dalam lingkungan global .
b. Berprilaku sesuai ajaran agama islam, sesuai dengan perkembangan remaja.
c. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif.
d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan dalam masyarakat.
e. Menunjukan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.






Tujuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di SMA ISLAM BAHRUL ULUM :
a. Menjadi wadah keilmuan bagi semua komponen sekolah di SMA ISLAM BAHRUL ULUM.
b. Menyiapkan generasi yang tangguh dalam keilmuan dan nilai-nilai keagamaan.
c. Tercapainya tujuan pendidikan menengah yang bercirikan agama islam secara optimal.
d. Meningkatkan sdm anak didik guna menghadapi tantangan global.

D. Pengertian
Kurikulum SMA ISLAM BAHRUL ULUM adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, visi dan bahan pelajaran serta cara digunakan sebagai model (pedoman) dalam penyelenggaraan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan.
Kurikulum sma islam bahrul ulum berpangkal pada filosofis dimana sekolah ini menjadi sumber dari ilmu penetahuan yang saling berhubungan, dengan harapan nantinya bisa dijadikan bekal dalam kehidupan guna menghadapi berbagai persoalan yang ada dalam masyarakat. Konsep ini berawal dari asumsi bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu jalan mencapai solusi atas berbagai persoalan yang ada di dunia ini.
Manusia merupakan mahkluk yang rentan akan masalah, apalagi seperti masa-masa sekarang ini, baik itu masalah yang sifatnya mikro, mezzo, maupun makro. Sama juga dengan maksud dari istilah yang sudah sering kita dengar "semua ada ilmunya". Denagan kata lain kurikulum ini menekankan pada Integrated Curriculum yaitu suatu usaha untuk mengintgrasikan bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Dalam kurikulum ini mengutamakan agar peserta didik memiliki sejumlah pengetahuan secara fungsional dan mengutamakan proses belajarnya.



II. STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran tersebuterbagi dalam lima kelompok yaitu:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia .
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. kelompok mata pelajaran estetika.
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.
Struktur kurikulum SMA Islam Bahrul Ulum meliputi subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII.
Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA Islam Bahrul ulum dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas dua program yaitu program ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam.
Struktur kurikulum SMA Islam Bahrul Ulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kurikulum SMA ISLAM BAHRUL ULUM Kelas X
a. Kurikulum SMA Islam Bahrul Ulum kelas X memuat lima mata pelajaran.
b. Muatan lokal di SMA Islam Bahrul Ulum terdiri dua mata pelajaran untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada.
c. Pengembangan diri merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekpresikan diri sesuai dengan kondisi kelas. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan dibimbing oleh konseler, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan.
d. Pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan social, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
e. Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sabagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambahkan maksimum empat jam pembelajaran perminggu secara keseluruhan.
f. Pembelajaran pada kelas X dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
g. Alokasi waktu satu jam mata pelajaran adalah 45 menit.
h. Minggu efektif dalam 1 tahun pelajaran ( 2 semester ) adalah 34 – 38 minggu

Struktur Kurikulum
SMA Islam Bahrul Ulum Kelas X

KOMPONEN Alokasi Waktu
Kelas X
A. Mata Pelajaran Semester1 Semester2
1 Pendidikan Agama
a. Qur’an hadist 2 2
b. Fiqih 2 2
c. Akidah akhlak 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2
4 Bahasa Inggris 3 3
5 Bahasa Arab 3 3
6 Matematika 2 2
7 Fisika 2 2
8 Biologi 2 2
9 Kimia 2 2
10 Sejarah 2 2
11 Geografi 2 2
12 Ekonomi 2 2
13 Sosiologi 2 2
14 Seni Budaya 2 2
15 Pendidikan jasmani dan kesehatan 2 2
16 Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2

B. Muatan Lokal
1 Bahasa jawa 2 2
2 Getuk Sokaraja 2 2
C. Pengembangan Diri 2* 2*
1 PRAMUKA B B
2 PMR B B
3 KIR B B
4 BAND B B
5 KARATE B B
6 MAJALAH DINDING B B
7 INTERNET B B
8 Baca tulis Al-quran B B
9 PASKIBRAKA B B
10 Sepak bola, volly, basket, bulu tangkis. B B
Jumlah 44 44

Catatan:
a. Banyaknya jam mata pelajaran satu hari (dari pukul 07.00-13.00) = 6 jam (selain hari jum’at), dan siswa wajib membaca asmaul husna sebelum proses KBM, dengan di dampingi guru yang masuk pada jam pertama.
b. Khusus hari jumat aktivitas pembelajaran sampai jam ke ke empat.
c. Kalkulasi waktu : (Satu minggu = 6 hari x 6 jam= 36 – 2 jam hari jumat = 34 jam)
Dengtan demikian :
a. Jam 06.30-07.00 ( wajib membaca Asma’ul Husna)
b. Jam I : 07.00-08.00
c. Jam II : 08.00-09.00
d. Istirahat dari jam 09.00-09.30
e. Jam III : 09.30-10.30
f. Jam IV : 10.30-11.30
g. Istirahat dari jam 10.30-11.30
h. Istirahat dari jam 11.30-11.45
i. Jam V : 11.45-12.15
j. Jam VI : 12.15-13.00

2. Kurikulum SMA Islam Bahrul Ulum kelas XI dan XII
Pembelajaran pada kelas XI dan XII dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran jurusan.
Struktur kurikulum SMA Islam Bahrul Ulum kelas XI dan XII program IPS disajikan pada table berikut :

KOMPONEN
Alokasi Waktu
Kelas XI Kelas XII
A. Mata Pelajaran Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2
1 Pendidikan agama
a. Qur’an Hadits 2 2 2 2
b. Fiqih 2 2 2 2
c. Akidah akhlak 2 2 2 2
d. Sejarah kebudayaan islam - - 2 2
2 Pendidikan kewarganegaraan 2 2 2 2
3 Bahasa indonesia 4 4 4 4
4 Bahasa arab 2 2 2 2
5 Bahasa inggris 4 4 4 4
6 Matematika 3 3 4 4
7 Ekonomi 4 4 4 4
8 Akuntansi 3 3 4 4
9 Sejarah 2 2 2 2
10 sosiologi 2 2 2 2
11 Geografi 2 2 2 2
12 Seni dan budaya 2 2 2 2
13 Pendidikan jasmani dan kesehatan 2 2 2 2
14 Teknik informatika dan komunikasi 2 2 2 2

B. Muatan Lokal
1 Bahasa Jawa 2 2 - -
2 Getuk Sokaraja - - - -
C. Pengembangan Diri 2* 2* - -
1 PRAMUKA B B - -
2 PMR B B - -
3 KIR B B - -
4 BAND B B - -
5 KARATE B B - -
6 MAJALAH DINDING B B - -
7 BACA TULIS AL-QUR’AN B B - -
8 INTERNET B B - -
9 PASKIBRAKA B B - -
10 Sepak Bola, volly, basket, bulu tangkis B B - -
Jumlah 44 44 44 44









Struktur kurikulum SMA Islam Bahrul Ulum kelas XI dan XII program IPA disajikan pada table berikut :

KOMPONEN Alokasi waktu
Kelas XI Kelas XII
A. Mata Pelajaran Smt I Smt II Smt I Smt II
1 Pendidikan agama
A. Quran hadist 2 2 2 2
b. Fikih 2 2 2 2
c. Akidah ahklak 2 2 2 2
d. Sejarah kebudayaan islam - - 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4 Bahasa Arab 2 2 2 2
5 Bahasa Inggris 4 4 4 4
6 Matematika 4 4 6 6
7 Biologi 4 4 4 4
8 Kimia 4 4 4 4
9 Fisika 4 4 4 4
10 Seni dan budaya 2 2 2 2
11 Pendidikan jasmani dan kesehatan 2 2 2 2
12 Teknologi Inforamasai dan Komunikasi 2 2 2 2
B. Muatan Local
1 Bahasa jawa 2 2 - -
2 Getuk sokaraja - - - -
C. Pengembangan Diri 2* 2* - -
1 PRAMUKA B B - -
2 PMR B B - -
3 KIR B B - -
4 BAND B B - -
5 KARATE B B - -
6 MAJALAH DINDING B B - -
7 BACA TULIS AL-QUR’AN B B - -
8 INTERNET B B - -
9 PASKIBRAKA B B - -
10 Sepak bola,volley, bulutangkis, basket B B - -
Jumlah 44 44 44 44


B. Muatan Kurikulum SMA ISLAM BAHRUL ULUM
Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamaanya merupakan beban belajar bagi siswa pada suatu satuan pendidikan. Di samping itu mteri muatan local dan kegiatan pengembangan diri termasuk dalam isi kurikulum.
Muatan kurikulum di SMA Islam Bahrul Ulum terdiri atas 16 mata pelajaran, 2 muatan local untuk kelas X, dan 12 mata pelajaran dan 2 muatan , dan pengembangan diri untuk kelas XI danXII program IPA, 12 mata pelajaran , 2 muatan local, dan 10 pengembangan diri, untuk kelas XI dan XII program IPS.

C. Pengaturan Beban Belajar

Pengaturan beban belajar di SMA Islam Bahrul Ulum sebagai berikut :
BEBAN BELAJAR
Satuan pendidikan kelas Satu jam pembelajaran tatap muka(menit) Jumlah jam pembelajaran/minggu Minggu efektif /tahun ajaran Waktu pembelajaran/tahun Jumlah jam per tahun ( @ 60 menit)
SMA X- XII 45 44 38 1672 X45= 75240 75240 : 60= 1254


Alokasi waktu untuk penugasan terstuktur di tentukan oleh pendidik. Kegiatan terstruktur ini di lakukan sebagai kegiatan pendalaman materi pelajaran yang di kerjakan oleh siswa yang di buat oleh guru untuk mencapai standar kometensi yang sudah di tetapkan dalam standar isi. Sedangkan waktu pelaksanaan kegiatan mandiri akan di tentukan oleh kesepakatan siswa dan guru atau di tetapkan oleh guru. Kegiatan mandiri ini dilakukan untuk pendalaman materi pembelajaran yang di buat oleh guru untuk mencapai kompetensi.

D. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Ketuntasan belajar minimal di SMA Islam Baharul Ulum di tetapkan dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa, serta kemampuan sumberdaya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan.


KOMPONEN KETUNTASAN BELAJAR
A. Mata Pelajaran X IPA IPS
1 Pendidikan agam
a. Qur’an hadits 80 80 80
b. Fiqih 80 80 80
c. Akidah akhlak 80 80 80
d. Sejarah kebudayaan islam - 75 75
Pendidikan kewarganegaraan 75 75 75
Bahasa indonesia 75 75 75
Bahasa inggris 70 70 70
Bahasa arab 75 75 75
Matematika 70 75 70
Fisika 70 75 -
Biologi 70 75 -
Kimia 70 75 -
Ekonomi 70 - 75
Akuntansi - - 75
Sejarah 70 - 75
Goegrafi 70 - 75
Sosiologi 70 - 75
Seni dan budaya 75 75 75
Pendidikan jasmani dan kesehatan 75 75 75
Teknik informasi dan komunikasi 75 75 75
B. Muatan Lokal
Bahasa jawa 80 80 80
Getuk sokaraja 80 - -
C. Pengembangan Diri
Pramuka B B B
Pmr B B B
Kir B B B
Band B B B
Karate B B B
Majalah dinding B B B
Baca tulis al-qur’an B B B
Internet B B B
Paskibraka B B B
Sepakbola, volly, bulutangkis, basket B B B

E.Standar Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur standar kompentensi yang dicapai oleh siswa. Kriteria kenaikan kelas yang telah ditetapkan sekolah:
a. Kriteria kenaikan kelas
1. Nilai diambil dari nialai harian, nilai tugas atau PR, nilai tes tengah semasester, nilai tes ahkir semester, dan ditambah nilai pengamatan. Kemudia semua nilai di jumlahkan untuk memperoleh nilai rata-rata setiap mata pelajaran/siswa, yang sesuai dengan standar ketuntasan belajar (SKB) di SMA Islam Bahrul Ulum.
2. Nilai hafalan Juz ’Amma bagi kelas X.
3. Membuat karya ilmiah bagi kelas XI
b. Penentuan Kenaikan Kelas
1. Penentuan siswa yang naik kelas dilakukan oleh sekolah dalam suatu rapat dewan guru denhan mempertimbangkan SKB (standar ketuntasan belajar), sikap atau penilaian atau budi pekerti dan kehadiran.
2. Kenaikan siswa dituliskan pada buku rapor, bagi setiap siswa yang naik kelas .
3. Siswa yang tidak naik kelas, harus mengulang dikelasnya.

F. Standar Kelulusan
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 pasal 72 ayat (1) peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompak mata pelajaran agama dan ahlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.
3. Lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Lulus ujian nasional

G. Penentuan kelulusan
a. Kiteria kelulusan
Sekolah memanfaatkan hasil ujian sebagai bahan hasil penentuan kelulusan yang mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Setiap peserta didik mempunyai rapor kelas XII.
2. Pessertadidik telah mengikuti ujian sekolah dan mempunyai nilai untukseluruh mata pelajaran yang diujikan. Masing masing pelajaran nilainya sesuai dengan standar ketuntasan belajar.
b. penentuan kelulusan.
1. Dewan guru dan komite sekolah menentukan kelulusan siswa dengan mempertimbangkan nilai lapor, sikap atau nilai budi pekarti siswa yang bersangkutan danmemenuhi criteria kelulusan.
2. Ijazah dan rapor akan diberikan pada siswa yang dinyatakan lulus, sampai dengan semester genap kelas XII SMA Islam Bahrul Ulum.
3. Ijazah dan rapor tidak akan diberikan pada siswa yang dinyatakan tidak lulus. Dan siswa yang mengulang kembali kelas XII.

H. Pendidikan Kecakapan Hidup.
Pendidikan kecakapan hidup di SMA Islam Bahrul Ulum adalah ketrampilan bahasa sebagai berikut:

KELAS MATERI
Kelas X Grammer danspeaking
Kelas XI Listening
Kelas XII Toefl dan toafl

I. PENDIDIKAN BERBASIS KEKUNGGULAN LOKAL DAN GLOBAL
KELAS MAERI
KELAS X Membuat getuk sokaraja
KELAS XI Produksi Dan Pemasaran Getuk Soka Raja

Kelas XII tidak mendapatkan pendidikan keunggulan lokal dan globan karena difokuskan untuk menghadapi ujian akhir dan ujian nasional.






III. ANALISIS HARI BELAJAR AKTIF
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahyun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

KALENDER PENDIDIKAN
14 Juli Awal belajar semester gasal
14, 15,16 JULI Masa orientasi siswa
30 Juli Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
14 Agustus Hari pramuka
17 Agustus HUT RI ke- 63
31 Agustus,1,2 September libur awal ramadhan
8-13 September ujian tengah semester
18-21 September pesantren kilat ramadhan
29 – 30 September libur menjelang idul fitri
1,2 Oktober libur idul fitri
3,4,6,7,8,9,10,11 Oktober libur setelah idul fitri
13 Oktober halal bi halal
8,9 Desember libur idul adha
10,11,12,13,15,16 Desember ujian akhir semester gasal
18,19,30,22,23 Desember class meeting dan pentas seni
25 Desember hari natal
27 desember pembagian raport
29 Desember tahun baru hijriah
30 Desember- 10 Januari 2009 libur semester
1 Januari Tahun Baru
12 Januari Awal Belajar Semester Genap
16 – 18 Maret Pendalaman Materi Kelas X11
10 Maret Libur Mauled Nabi
23 -28 Maret Ujian Praktek
6 – 11 April Ujian Tengah Semester Genap
22 – 24 April ujian akhir nasional
27 april – 2 mei Ujian Akhir Sekolah
18 -23 Mei Ujian Akhir Semester Genap
13 Juni Pembagian Rapor Kenaikan Kelas
25 Mei Pengumuman Kelulusan
15 – 11 Juli Libur Kenaikan Kelas
6 Juni Pembagian Ijazah

UPACARA HARI BESAR NASIONAL
17 agustus hari kemerdekaan ri
1 oktober hari kesaktian pancasila
28 oktober hari sumpah pemuda
10 november hari pahlawan
25 november hari guru
2 mei hari pendidikan nasional
20 mei hari kebangkitan nasional















ANALISIS HARI BELAJAR EFEKTIF
KALENDER PENDIDIKAN SMA ISLAM BAHRUL ULUM
TAHUN AJARAN 2010/2011


Bulan
Semester


Jumlah hari efektif
jmlh
hari
Total hari/
semester

senin
selasa
rabu
kamis
jumat
sabtu
Juli
Semstr
Satu



2 2 1 2 2 2 11







98
Agustus 4 4 5 5 4 3 25
September 4 4 3 2 2 4 19
Oktober 3 3 3 2 2 1 11
November 4 4 4 4 5 4 25
Desember 1 1 1 1 1 2 7
Januari
Smstr
dua 3 3 3 3 2 2 16







100
Februari 4 4 4 3 5 4 24
Maret 4 3 3 1 - 3 14
April 4 4 4 3 4 4 23
Mei 2 2 3 3 4 3 17
Juni 1 1 1 1 1 1 6

Jumlah hari semester satu : 111 = 19 minggu
Jumlah hari semester dua : 110 = 18 minggu








IV. LAYANAN DAN FASILITAS PEMBELAJARAN
A. Layanan Pembelajaran
1. Siswa pindah sekolah
Layanan pindah sekolah ini merupakan layanan yabg diberikan bagi setiap peserta didik, baik dari maupun ke SMA Islam Bahrul Ulum peserta didik diberi keleluasaan pindah keluar. Akan tetapiSMA Islam Bahrul Ulum memberikan rekomendasi pada sekolah- sekolah tertentu yang diperkirakan sesuai dengan peserta didik yang akan keluar.
2. Bimbingan Konseling
Layanan bimbingan konseling merupakan layanan untuk memberikan bantuan dan bimbingan permasalahan yang dihadapi peserta didilk. SMA Islam Bahrul Ulum tallah memper siapkan pembimbing/guru BK yang professional untuk membantu permasalahan siswa maupun wali sisiwa dalam mencari alternative untuk memecahkan permasalahan.
3. Tes toefl
Layanan tes toefl merupakan layanan yang memberikan jaminan mutu bagi ketrampilan bahasa inggris. Lyanan ini merupakan layanan sangat penting untuk membamgun semangat siswa.


B. Fasilitas pembelajaran
a. Laboratorium computer
b. Perpustakaan
c. Laboratorium bahasa
d. Laboratorium IPA
e. Beasiswa prestasi dan tidak mampu
f. Fasilitas olah raga (lapangan basket, badminton, volley.)
g. Masjid



PENUTUP

Kurikulum SMA Islam Bahrul Ulum ini disusun sebagai pengembangan kurikulum dalam rangka menjawab tantangan jaman dan meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Islam Bahrul Ulum. Kurikulum ini merupakan panduan bagi sstaf pengajar, staf administrasi, pimpinan sekolah dan peserta didik dalam menjalankan proses pembelajaran. Ketentuan yang belm diatur atau tercantum dalam kurikulum ini diatur dalam ketentuan yang berbeda dan manakala ditemukan kekliruan akan senantiasa dilakukan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan selanjutnya.


Banyumas, 10 mei 2010



Tim penyusun















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata pelajaran :Aqidah
Satuan endidikan :Sma Islam
Kelas/semester :X/ II
Pertemuan ke :1(satu)
Alokasi waktu :1 X 45 menit

1. Kompetensi Dasar
Menjelaskan tanda- tanda beriman kepada malaikat
2. Indikator
a. Siswa mampu menjelaskan pengertian iman kepada malaikat
b. Siswa mampu menyebutkan dalil tentang iman kepada malaikat
c. Siswa mampu menyebutkan nama dan tugas – tugas malaikat
3. Materi pokok
iman kepada malaikat

Uraian Materi
Menurut bahasa, kata malaikat berasal dari bahasa arab, yatu malaikah yang merupakan kata jamak dari malakun, artinya risalah atau utusan. Menurut istilah malaikat merupakan makhluk allah yang diciptakan dari nur(cahaya) dan bersifat gaib,. Selalu taat dan patuh terhadap semua peritah allah, serta tidak pernah sekalipun melakukan kedurhakaan terhadap allah swt.
Beriman kepada malaikat merupakan rukun iman yang ke dua , beriman kepada malaikat hukumnya wajib. Jumlah malaikat yam\ng diciptakan oleh allah berjumlah banyak adapun malaikat yang dapat diketahui adalah sebagai berikut:
Malaikat jibril, malaikat mikail , malaikat munkar, malaikat nakir, malaikat raqib, malaikat atid, malaikat malik , malaikat ridwan.
Malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah yang selalu taat. Malaikat diciptakan untuk bebakti terhadap Allah. Malaikat tidak mempunyai hawa nafsu untuk vbebuat durhaka. Dengan demikian sangat wajar jika malaikat memiliki tugas khusus yang tidak sama dengan manusia.
Berikut ini adalah metupakan bentuk perilaku yang mencerminkan keimanan kepada malaikat:
1. meningkatkan keimanan dan ketakwaan
2. meningkatkan amal baik
3. selalu berhati – hati
4. tidak sombong
5. setiap menghadapi persoalan selalu tenang dan pasrah
Strategi pembelajaran
Talking stik,
4. Langkah – langkah kegiatan pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Megucap salam
b. Memulai pelajaran dengan basmalah dan doa
c. Guru menjelaskan indikator yang hendak di pelajari
2. Kegiatan inti
a. Guru memberikan siswa kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi.
b. Guru menerangkan materi tentang iman kepada malaikt
c. guru berinteraksi kepada siswa
3. Kegiatan akhir
a. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
b. guru mengevaluasi materi yang dipelajari
c. Guru menutup pelajaran dengan membacakan simpulan Missal kebaikan mempelajari dan beriman kepada malaikat
d. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam
4. Penilaian
a. Kemampuan siswa menguasai materi
b. Tanya jawab

• Apa pengertian malaikat menurut isdtilah
• Beriman kepada malaikat termasuk rukun iman yang keberapa
• Mengapa malaikat selalu taat terhadap perintah allah
• Sebutkan salah satu bentuk prilaku beriman kepada malaikat
1. Jenis penilaian
a. Kehadiran
b. Sikap
c. Tugas
d. Ajian tengah semester
e. Ujian akhir semester
5. Sumber
 Sumber
a. Bacrul ilmi, pendidkan agama islam kelas x, SMA,Bandung;grafindo media pratama 2007
b. AL-QUR’AN terjemah
c. Syansuri, pendidikan agama islam SMA kelas X, Jakarta. Penerbit erlangga,2006
d. Referensi lain yang relevan







KALENDER AKADEMIK SMA ISLAM BAHRUL ULUM
TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Juli
sen sel rab kam jum sab min
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31

Agustus
sen sel rab kam jum sab min
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31
Oktober
sen sel rab kam jum sab min
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 29 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31

September
sen sel rab kam jum sab min
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30
Desember
sen sel rab kam jum sab min
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31

November
sen sel rab kam jum sab min
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30



Januari
sen sel rab kam jum sab min
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31
Februari
sen sel rab kam jum sab min
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28


Maret April
sen sel rab kam jum sab min sen sel rab kam jum sab min
1 2 3 4 5 6 1 2 3
7 8 9 10 11 12 13 4 5 6 7 8 9 10
14 15 16 17 18 19 20 11 12 13 14 15 16 17
21 22 23 24 25 26 27 18 19 20 21 22 23 24
28 29 30 31 25 26 27 28 29 30


Mei Juni
sen sel rab kam jum sab min sen sel rab kam jum sab min
1 1 2 3 4 5
2 3 4 5 6 7 8 6 7 8 9 10 11 12
9 10 11 12 13 14 15 13 14 15 16 17 18 19
16 17 18 19 20 21 22 20 21 22 23 24 25 26
23 24 25 26 27 28 29 27 28 29 30
30 31

Jumat, 20 Agustus 2010

Pendidikan Gender

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian
Gender sendiri merupakan pelabelan atas laki-laki dan perempuan. Kontruksi ini tidak lagi membedakan laki-laki dan perempuan atas perbedaan seks yang dimiliki. Dasar sosialisasi ini secara kuat telah membentuk ideologi gender, melalui kontruksi sosial yang melembaga. Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, perkasa, jantan.
Gender merupakan konstruksi sosial yang membedakan peran dan kedudukan wanita dan pria dalam suatu masyarakat yang dilatarbelakangi kondisi sosial budaya. Gender juga memiliki pengertian sebagai konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara lelaki dan perempuan. Gender merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia yang biasanya menghambat kemajuan perempuan.
Perempuan dikontruksikan sebagai makhluk yang perlu dilindungi, kurang mandiri, tidak rasional, hanya mengandalkan perasaan, dan lain-lain. Konsekuensinya, muncul batasan-batasan yang menempatkan perempuan pada ruang penuh dengan aturan baku yang perlu dijalankan. Padahal, banyak sisi positif dari perempuan yang membedakannya dengan laki-laki dan jarang diekspos. Yaitu watak dan karakter perempuan yang terbuka, tekun, penyabar dan jujur.

Pendidikan dan Gender
Pendidikan merupakan salah satu soko guru pembangunan. Pendidikan menjadi aset yang sangat berharga bagi peningkatan kualitas kemajuan suatu bangsa. Pendidikan itu sangat terkait dengan penguasaan pengetahuan dan sekaligus aplikasinya. Sehingga pendidikan harus mendapat porsi perhatian yang lebih sebelum jauh memikirkan tentang kebangkitan suatu bangsa.
Pelaksanaan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan tata nilai yang dianut oleh penduduk di suatu tempat. Di Indonesia, meski kesadaran untuk merengkuh pendidikan setinggi mungkin namun perbedaan gender masih mewarnai proses tersebut. Hal ini menjadi semakin runyam manakala terjadi pengerucutan bidang-bidang pendidikan yang dianggap lebih tinggi dari bidang pendidikan yang lain.

Tidak bisa dipungkiri bahwa laki-laki dan wanita itu memupunyai perbedaan yang sudah menjadi kodrat. Ada hal-hal yang bisa diperuntukkan bagi keduanya dan ada yang hanya untuk slaah satu pihak saja. Namun untuk bidang pendidikan, kedua gender tersebut tidak ada pembedaan.
Sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa anak perempuan tidak perlu menempuh pendidikan setinggi mungkin.Mereka dipersepsikan nantinya hanya akan menjadi ibu rumah tangga atau predikat lain yang mengharuskannya takluk di bawah tangan laki-laki. Disisi lain secara potensi fikriyah dan jasadiyah, wanita mempunyai kemampuan yang sebangding atau bahkan ada yang diatas rata-rata.
Fase-fase tumbuh kembang wanita itu lebih kompleks dibandingkan dengan laki-laki. Wanita pasti melewati fase kanak – kanak, pubertas, remaja, dewasa, menopause, dan fase penuaan. Wanita juga harus melewati fungsi jasadiyahnya seperti menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Tentunya fase yang kompleks tersebut telah diatur oleh Tuhan Yang Maha Bijaksana untuk mendukung proses berjalannya roda kehidupan. Wanita secara psikologi lebih cepat dewasa daripada laki-laki namun mereka lebih sensitif (perasa). Fase-fase tersebut juga telah menempa para wanita untuk menjadi insan yang tangguh. Ketelatenan, kepedulian, kesabaran merupakan buah dari proses panjang nan menguras energi tersebut. Dan tidaklah mengherankan jika seorang ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Sekali lagi wanita seolah berada di second level dalam hal pendidikan dan juga mungkin dalam kehidupan sosial. Akibatnya, tidak mengejutkan jika jumlah penyandang buta huruf di Indonesia setidaknya 67% merupakan wanita. Di Jawa Timur sendiri tidak kurang dari 68% penyandang buta huruf disumbang oleh kaum wanita.
Dalam dunia pendidikan Indonesia juga masih terlekat stereotip bahwa anak yang mengambil dan menguasai bidang eksakta akan dinilai lebih pintar dan lebih jenius. Siswa yang mengambil bidang eksak lebih diutamakan daripada siswa yang mengambil bidang linguistik dan noneksakta. Siswa yang mahir dalam dunia MAFIA (Matematika, Fisika, dan Kimia) akan mendapat perlakuan yang lebih spesial daripada siswa yang berpretasi di dunia noneksakta. Tidak jarang para guru menyarankan siswanya untuk mengambil jurusan IPA bagi siswa yang mempunyai nilai-nilai yang bagus. Hal ini tidak berlaku ada jurusan IPS dan Bahasa. Padahal minat dan kemampuan masing-masing siswa jelas berbeda.
Secara umum, wanita dan laki-laki mempunyai minat dan cara belajar yang berbeda. Wanita mempunyai kecenderungan untuk mengusai bidang linguistik dan sosial. Sementara itu, laki-laki memang mempunyai tendensi untuk lebih mudah mneguasai bidang eksak. Hal ini juga memberi andil bahwa anggapan wanita berada di second level adalah benar adanya.

Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Dalam permasalahan pendidikan yang terkait gender ini ada hal yang sangat perlu untuk diluruskan. Bahwa wanita dan laki-laki secara jasadiyah memang berbeda. Bahwa wanita dan laki-laki fungsinya adalah untuk saling melengkapi. Bahwa ada hal-hal yang memang tidak bisa dipukulratakan kepada dua kategori insan tersebut. Namun ada titik terang yang akan meluruskan permasalahan ini yaitu kesamaan kesempatan.
Tidak ada masalah jika wanita itu mempunyai kecenderungan di bidang lingustik daripada eksakta. Dan tidak ada masalah jika laki-laki berkecenderungan di bidang eksakta. Karena sesungguhnya segala ilmu di dunia ini tidak ada yang lebih tinggi tingkatannya daripada yang lainnya. Hal yang membedakan adalah tujuan dan pelaksanaan ilmu tersebut, apakah untuk kebaikan umat manusia? Ataukah malah mengancam kemanusiaan yang agung.
Sudah saatnya pemerataan kesempatan pendidikan bagi semua gender. Wanita tidak lagi berada di second level pendidikan. Laki-laki tidak diperlakukan berlebih dalam dunia pendidikan dibanding wanita.
Kesempatan yang sama yang diberikan kepada wanita bukan berarti akan mengancam nilai-nilai kodrati yang telah dilekatkan padanya. Bukan berarti mereka akan meninggalkan perannya sebagai ibu rumah tangga hanya karena mereka berpendidikan tinggi. Karena sesungguhnya dengan pendidikan, wanita dan juga laki-laki akan menjadi melek huruf, melek pengetahuan, dan melek karya. Hal inilah yang perlu dipahami oleh seluruh elemen masyarakat. Kesamarataan kesempatan pendidikan bagi semua gender akan membuka peluang bagi akselerasi kebangkitan bangsa karena SDM yang berkualitas secara kuantitas akan menjadi semakin banyak dan variatif. Sehingga bangsa ini akan mengatakan ”SIAP” jika ia diseru untuk sebuah kebangkitan.




BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan yang bermutu membangun rasa percaya diri baik pada anak perempuan maupun lakilaki, dan membantu mereka mengembangkan potensi diri. Dalam masyarakat yang adil, anak perempuan maupun laki-laki memiliki hak yang sama, namun kadang-kadang hak-hak anak perempuan terhadap pelayanan pendidikan terabaikan. Padahal, pentingnya perempuan yang berpendikan dalam pembangunan masyakarat sudah tidak disangkal lagi.
Perempuan yang berpendidikan lebih mampu membuat keluarganya lebih sehat dan memberikan pendidikan yang lebih bermutu pada anaknya, Selain itu perempuan berpendidikan lebih memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sebaliknya, perempuan yang pendidikannya kurang akan lebih rentan terhadap tindak kekerasan (fisik maupun non fisik), dan memiliki tingkat kesehatan dan ekonomi yang cenderung lebih rendah.
Seringkali secara tidak sengaja, guru membedakan murid perempuan dan laki-laki karena guru berpendapat bahwa murid perlu diperlakukan secara khusus menurut peran yang didasarkan pada jenis kelamin. Padahal asumsi tentang peran perempuan dan laki-laki yang dipegang oleh guru bisa mengakibatkan ketidakadilan dalam memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi murid laki dan perempuan. Tentu saja penting menghargai perbedaan antara anak perempuan dan laki, asal pembedaan itu tidak mengakibatkan pembatasan terhadap kesempatan anak perempuan maupun laki-laki dalam mengembangkan potensi mereka dan dalam memperoleh pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Wacana02 Mei 2009Bias Gender dalam Pendidikan

Muhammad Faiq Dzaki Pendidikan dan Gender , 03 Maret 2009

Konsep Pendidikan

KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL

BAB I
PENDAHULUAN

Mempelajari pendidikan Islam tidak lengkap apabila tidak membahas tokoh reformis dari India (Pakistan), yaitu Muhammad Iqbal. Pemikirannya tidak hanya menggemparkan perpolitikan di negaranya pada saat itu, tetapi ia juga turut andil dalam memberikan sumbangan dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan Islam.
Pembaruan pemikiran Iqbal memang sangatlah komprehensif, dengan menyentuh semua sendi-sendi kehidupan kaum muslim. Oleh karena itu, sangatlah wajar apabila ia mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pembaruan dunia Islam modern.
Di dalam kehidupannya Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Meskipun Iqbal tidak diberi umur panjang tapi lewat tarian penanyalah yang menghempaskan bangunan unionist dan meratakan jalan untuk berdirinya Pakistan, memang pena lebih tajam dari pada pedang. Dia mengkritik sebab kemunduran Islam kerena kurang kreatifnya umat Islam, konkritnya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Sehingga umat Islam hanya bisa puas dengan keadaan yang sekarang didalam kejumudan.

Kontribusi gerakan da’wah tidak terlepas dari gagasan pemikiran para tokoh–tokoh di jamannya. Salah satunya adalah pemikiran M. Iqbal. Bahkan Perdana Mentri RI pertama Dr. M. Natsir sering menjadikan gagasan M. Iqbal sebagai ide-ide gerakan da’wah dan politiknya yang tidak melepaskan antara negara dan agama dalam tempat berbeda. Gerakan membangkitkan khudi (kepercayaan diri) juga menjadi salah satu pemikirannya yang banyak dipuji-puji berbagai kalangan. Pemikiran-pemikiran brilian yang memberikan faedah kepada Izzatul Islam dan kaum muslimin sesungguhnya tidak akan berhenti pada jamannya saja. Ia akan selalu aktual jika bersandar pada nilai-nilai universal dari suatu landasan yang kuat. Dalam hal ini, Islam menjadi landasan dasar yang mampu menjadikan segala sesuatu tetap terjaga aktualitasnya.

Dalam makalah ini, penulis mencoba mengangkat seorang pemikir, pujangga, pembaharu Islam Iqbal yang bukan saja berpengaruh di negerinya Pakistan tapi juga di Indonesia sendiri. Disini penulis menitik beratkan pada pemikirannya di bidang pendidikan Islam walaupun disinggung sedikit tentang biografinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, kawasan Punjab pada tanggal 9 November 1877. Daerah ini sebelumnya merupakan bagian dari India, tetapi setelah Pakistan (1947) muncul sebagai Negara baru di Asia Selatan daerah tersebut masuk wilayah Pakistan.
Iqbal memiliki kedua orang tua yang begitu perhatian terhadap pendidikannya, yaitu ayahnya bernama Nur Muhammad dan ibunya bernama Imam Bibi. Mereka sudah mengajarkan kepada Iqbal kecil membaca Al quran dan Iqbal juga disuruh untuk menuntut ilmu di kuttab (surau) agar pemahaman Al qurannya lebih baik. Kesalehan orang tuanya sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian Iqbal.
Pendidikan formalnya ia mulai di Scottish Mission School di Sialkot. Kemudia ia melanjutkan studinya ke govemment College di Lahore sampai mendapat gelar BA (Bacchelor of Arts) tahun 1897 dan MA (Master of Arts) tahun 1899. Setelah tamat Iqbal melanjutkan studinya ke Inggris yaitu Cambridge University, London dan ke Jerman yaitu Munich University bahkan Iqbal medapat gelar Doktor (1907) dalam bidang filsafat di universitas tersebut dengan desrtasinya The Development of Metaphisyich in Persia.
Setelah Iqbal kembali ke India ia menjadi tenaga pengajar di alamamaternya dahulu, ia juga menjadi pengacara dan terlibat dalam kancah politik praktis. Dari banyaknya jabatan yang ia pegang , maka dapat dikatan Iqbal seelain seorang pemikir ulung ia juga sebagai politikus yang ulung.
Iqbal meninggal dunia pada uusia 71 tahun, tepatnya pada tanggal 20 April 1938. Kematian Iqbal merupakan “kerugian” bagi muslim India dan dunia muslim pada umumnya.
B. Corak pemikiran Iqbal
Iqbal selain terkenal sebagai filosof, ahli hukum, pemikir politik, dan reformis muslim, juga dikenal sebagai penyair ulung. Faktor yang paling dominan dalam pembentukan pemikiran Iqbal adalah kepergiannya ke Eropa untuk mempelajari filsafat barat. Sejak saat itu, Iqbal memiliki kecenderungan intelektual yang khas. Kecintaannya pada nilai – nilai dan tradisi Timur yang dipelajarinya selama berada di Negara kelahirannya, dan ditambah dengan penghargaannya yang tinggi terhadap tradisi keilmuan Barat, telah menjadikan Iqbal sebagai sosok yang menguasai warisan intelektual Timur (Islam) yang diiringi dengan pengetahuannya yang mendalam tentang filsafat Barat.
Iqbal memandang sudah saatnya kaum muslim melakukan rekontruksi terhadap segala pemikiran yang berkembang di dunia Islam. Hal utama yang dilakukan dalam hal ini adalah menentang dualisme filsafat klasik abstrak, yang telah mempertahankan pikiran dan materi dalam wadah yang ketat. Menurut Iqbal, cita – cita yang bersumber dari idealisme dan realisme bukanlah dua kekuatan yang saling bertentangan.
Dari hal diatas, dapat dikatakan bahwa paradigma pemikiran yang dgunakan Iqbal untuk menelorkan gagasan rekontruksinya adalah dengan menggunakan metodologi yang bersifat sintesis. Dia berhasil memadukan tradisi intelektual Barat dengan tradisi intelektual Timur dalam ssuatu paradigma berfikir. Namun demikian, upaya sintesis pemikiran Iqbal bukannya dilaksanakan tanpa sikap kritis. Dia seleksi terlebih dahulu apa yang datang dari Barat, sehingga pemikirannya tetap komprehensif: mencakup Timur dan Barat.
Bidang pendidikan telah menjadi salah satu agenda pembaruan intelektual Iqbal, karena ia melihat bahwa intelektualisme Islam pada waktu itu dapat dikatakan nyaris berhenti, karena kaum muslim telah berhenti mengambil inspirasi dari Al quran. Diagnosis yang ditawarkan Iqbal untuk menyembuhkan persoalan ini adalah dengan menumbuhkan kembali semangat intelektualisme melalui tiga sumber, yaitu serapan indrawi, rasio, dan intuisi.
Ketiga sumber diatas, menurut Iqbal harus diambil dan digunakan secara serempak, tanpa harus mengesampingkan salah satunya. Inilah yang disebut berfikir qur’ani. Apabila kaum muslim mampu melakukan cara berfikir semacam ini, maka revolusi pengetahuan dalam dunia Islam akan terjadi secara mengagumkan.
PEMIKIRAN IQBAL TENTANG SUMBER HUKUM ISLAM

A. AL-QUR’AN

Sebagai seorang Islam yang di didik dengan cara kesufian[15], Iqbal percaya kalau al-Qur’an itu memang benar diturunkan oleh Allah kepada - Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril dengan sebenar-benar percaya, kedudukannya adalah sebagai sumber hukum yang utama dengan pernyataannya “The Qur’an is a book which emphazhise ‘deed’ rather than ‘idea’ “ (al Qur’an adalah kitab yang lebih mengutamakan amal daripada cita-cita)[16]. Namun demikian dia menyatakan bahwa bukanlah al - Qur’an itu suatu undang-undang. Dia dapat berkembang sesuai dengan perubahan zaman, pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Tujuan sebenarnya al Qur’an adalah - membangkitkan kesadaran manusia yang lebih tinggi dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta, Qaur’an tidak memuatnya secara detail maka manusialah dituntut pengembangannya.Ini didalam rumusan fiqh dikembangkan dalam prinsip ijtihad, oleh iqbal disebut prinsip gerak dalam struktur Islam. Disamping itu al – Qur’an memandang bahwa kehidupan adalah satu proses cipta yang kreatif dan progresif. Oleh karenanya, walaupun al – Qur’an tidak melarang untuk mempertimbangkan karya besar ulama terdahulu, namun masyarakat juga harus berani mencari rumusan baru secara kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi. “ Akibat pemahaman yang kaku terhadap pendapat ulama terdahulu, maka ketika masyarakat bergerak maju, hukum tetap berjalan di tempatnya”.

B. AL-HADIST

Sejak dulu hadist memang selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Baik umat Islam maupun kalangan orientalis. Tentu saja maksud dan titik berangkat dari kajian tersebut berbeda pula. Umat Islam didasarkan pada rasa tanggung jawab yang begitu besar terhadap ajaran Islam. Sedangkan orientalis mengkajinya hanya untuk kepentingan ilmiah. Bahkan terkadang hanya untuk mencari kelemahan ajaran Islam itu lewat ajaran Islam itu sendiri.

Pandangan Iqbal tentang pembedaan hadist hukum dan hadist bukan hukum agaknya sejalan dengan pemikiran ahli ushul yang mengatakan bahwa hadist adalah penuturan, perbuatan dan ketetapan Nabi saw.yang berkaitan dengan hukum; seperti mengenai kebiasaan-kebiasaan Nabi yang bersifat khusus untuknya, tidak wajib diikuti dan diamalkan.

C. IJTIHAD

Katanya “exert with a view to form an independent judgement on legal question”, (barsungguh-sungguh dalam membentuk suatu keputusan yang bebas untuk menjawab permasalahan hukum). Kalau dipandang baik hadist maupun al-Qur’an mamang ada rekomendasi tentang ijtihad tersebut, disamping ijtihad pribadi, hukum Islam juga memberi rekomendasi keberlakuan ijtihad kolektif. Ijtihad inilah yang selama berabad-abad dikembangkan dan dimodifikasi oleh para ahli hukum Islam dalam mengantisipasi setiap permasalahan masyarakat yang muncul, sehingga melahirkan aneka ragam pendapat (mazdhab), Sebagaimana pandangan mayoritas ulama, Iqbal membagi kualifikasi ijtihad kedalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Otoritas penuh dalam menentukan perundang-undangan yang secara praktis hanya terbatas pada pendiri madzhab-madzhab saja.
2. Otoritas relatif yang hanya dilakukan dalam batas-batas tertentu dari satu madzhab.
3. Otoritas Khusus yang berhubungan dengan penetapan hukum dalam kasus-kasus tertentu, dengan tidak terikat pada ketentuan-ketentuan pendiri madzdab.

D. Pendidikan menurut Iqbal
Pendidikan Islam menurut Iqbal, secara terpisah, makna dari kata pendidikan itu dipandang sebagai suatu keseluruhan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat. Sedangkan makna kata Islam bagi Iqbal, adalah agama yang perlu dan wajib mendapat tempat yang paling utama dalam pendidikan. Tentunya pengertian ini masih dalam batasan ranah pendidikan Islam, jadi sah-sah saja jikalau Iqbal punya pendapat tentang makna Islam tersebut.

Insan Kamil menurut Iqbal, harus melalui empat tahap. Yang pertama Cinta, Keberanian, Toleransi, dan Faqr. Dalam perspektif pendidikan Islam, Insan Kamil menjadi dua bagian, pertama, adalah perihal Individualitas, berisi perjalanan manusia dalam melalui berbagai ujian hidup. Yang mana akan mendewasakan dan menempatkan derajat dari pribadi manusia tersebut pada tempatnya. Kedua Pendidikan Watak, tentang pembentukan dasar berpikir manusia dengan benar sebagai pembentuk karakter dan kepribadian.

Menurut Iqbal dan persepsi pendidikan Islam, perlu dibentuk konsep diri manusia dengan jelas dan baik yang berlandaskan nilai-nilai agama, sehingga mampu tercipta Insan yang Kamil.

Dan terakhir saran bagi umat Islam. Bahwa sejatinya tujuan dan akhir dari pada manusia itu adalah mengarah kepada pembentukan insan yang kamil. Jadi diharapkan, semuanya berlomba-lomba menggapai derajat tersebut dengan semangat Iman, Islam dan Ihsan.

Aku tamat dari sekolah dan pesantren penuh duka,
Di situ tak kutemukan kehidupan,
Tidak pula cunta,
Tak kutemukan hikmah, dan tidak pula kebijaksanaan.

Guru-guru sekolah adalah orang-orang yang tak punya nurani,
Mati rasa, mati selera,
Dan kiai-kiai adalah orang-orang yang tak punya himmah
Lemah cita, miskin pengalaman.
Semua kritik tajam ini dilakukan karena ia berpandangan bahwa pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan substansi dari peradaban manusia. Pendidikan menurut Iqbal sesungguhnya bertujuan membentuk “manusia” sejati. Pendidikan ideal menurut Iqbal adalah pendidikan yang mampu memadukan dualism (antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan) secara seimbang. Dua system pendidikan yang ada, yaitu system pendidikan Tradisional (Islam) dan sistem pendidikan Barat (Kristen), dalam persepektif Iqbal belum dapat mewujudkan pendidikan yang ideal.
a. Konsep individu
Dengan konsep ini, Iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan menurut iqbal harus dapat memupuk sifat-sifat individualitas manusia agar menjadi manusia yang sempurna. Yang dimaksud manusia sempurna menurut Iqbal adalah manusia yang dapat menciptakan sifat-sifat ketuhanan menjelma dalam dirinya, sehingga ia bias berprilaku seperti tuhan. Sifat-sifat ini diserap kedalam dirinya sehingga terjadi penyatuan secara total.
b. Pertumbuhan individu
Iqbal berpendapat bahwa manusia sebagai manusia individu akan mengalami berbagai perubahan secara dinamis dalam rangka interaksinya dengan lingkungan. Maka dari itu, pendidikan harus dapat mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut kearah yang optimal.
Pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan suatu proses kreatif – aktif yang dilakukan individu sebagai aksi dan reaksinya terhadap lingkungan. Proses ini, menurut Iqbal bukanlah suatu kejadian dimana individu hanya tinggal menyesuaikan diri secara pasif dengan lingkungannya.
c. Keseimbangan jasmani dan ruhani
Dalam pandangan Iqbal, perkembangan individu memiliki implikasi bahwa ia harus dapat mengembangkan kekayaan batin dari eksistensinya. Pengembangan kekayaan batin ini tidak dapat dilaksanakan dengan melepaskannya dari kaitan materi. Seorang individu dituntut untuk dapat hidup sebagai manusia sosial secara mapan dan mampu menjadi hamba Tuhan yang taat dalam menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Oleh karena itu, antara jasmani sebagai realitas dengan ruhani sebagai ide harus dipadukan dalam proses pemngembangan individu. Seorang individu yang ingin mendapatkan kebahagiaan yang hakiki (dunia dan akhirat) ia harus dapat menyeimbangkan antara semangat keilmuannya dengan semangat keberagamaannya.
d. Pertautan individu dan masyarakat
pemahaman diatas memberikan pengertian mendalam tentang hakikat pertauatan antara kehidupan individu dengan kebudayaan masyarakat. Masyarakat adalah tempat individu menyatakan keberadaanya. Oleh karena itu, tanpa masyarakat kehidupan individu akan melemah dan tujuan hidupnya menjadi tidak terarah.
e. Kreativitas individu
Iqbal menolak kausalitas tertutup, yang menyebabkan seolah – olah tak ada satu pun yang baru yang dapat atau mungkin terjadi lagi. Sesungguhnya manusia memiliki kreatifitas yang perlu dikembangkan secara evolutif. Dengan kreatifitasnya, manusia mampu melepaskan diri dari keterbatasan, menembus serta menaklukan waktu. Adapun kreatifitas itu sendiri hanya dapat ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan.
e. Peran intelek dan intuisi
Ada dua cara untuk menangkap realitas. Masing – masing cara memiliki peran khusus dalam mengarahkan dan memperkaya kreatifitas manusia. Intelek berperan menangkap realitas melalui panca indra bagian demi bagian dan tidak menyeluruh. Hal ini karena intelek berpusat pada aspek – aspek incidental dan temporal. Sedangkan intuisi berperan menangkap realitas secara langsung.
Oleh karena itu, Iqbal berpendapat bahwa kebenaran metafisik dapat diraih dengan jalan melatih intelek. Kebenaran metafisik hanya dapat diperoleh dengan jalan memusatkan pada perhatian yang mungkin didapat oleh suatu kemampuan yang disebut dengan intusi. Maksud pernyataan ini adalah bahwa Iqbal menghendaki pertemuan antara kekuasaan lahir yang diperoleh dari ilmu pengetahuan dengan kekuasaan batin yang muncul dari intusi. Dengan ini, Iqbal menyimpulkan bahwa pendidikan hendaknya memperhatikan aspek intelektual manusia dan intuisinya sekaligus.
f. Pendidikan watak
Apabila manusia memperlengkapi diri dengan sifar individualitas yang dapat berkembang secara optimal, yang kemudian dilandasi dengan keimanan yang tangguh, maka ia dapat menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan. Manusia seperti ini akan dapat mengarahkan dirinya kepada kebajikan, serta dapat menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan. Itulah yang disebut Iqbal dengan watak yang tangguh.
Watak ini mencakup sensitivitas dan kekuatan. Sensitive terhadap perikemanusiaan dan nilai – nilai ideal, serta kekuatan dalam berpegang pada maksud yang telah dicetuskan dalam kalbu. Untuk dapat mengembangkan watak seperti ini, menurut Iqbal pendidikan hendaknya memupuk tiga sifat, yaitu keberaniaan, toleransi, dan keprihatinan.
g. Pendidikan social
Muhammad Iqbal menandaskan bahwa kehidupan social selayaknya dilaksanakan diatas dasar dan prinsip tauhid. Tauhid seyogyanya dapat hidup dalam kehidupan intelektual dan emosional manusia.
E. Relevansi pemikiran pendidikan Iqbal dimasa sekarang
Inti dari pendidikan Iqbal adalah ada keseimbangan dalam menuntut ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi. Ilmu duniawi akan menghantarkan kepada kemampuan manusia dalam menjalankan misinya sebagai khalifah fil ardh, misalkan mampu mengelola pemerintahan atau sumber daya alam. Ilmu ukhrawi memberikan batasan atas ilmu dunia, misalkan bagaimana mengelola pemerintahan yang adil dan memanfaatkan sumber daya alam sesuai kebutuhan.
Maka penting bagi seorang guru dalam menyampaikan materi agama kepada anak didiknya dikaitkan dengan ilmu terkait atau menyampaikan penomena alam dengan menyampaikan pandangan agama tentang hal tersebut. Sehingga anak mampu memandang kehidupan itu bukan hanya main-main, tetapi merupakan tanggung jawab mereka selaku makhluk sosial dan abdullah.
Maka apabila melihat konsep UIN tentang integrasi interkoneksi antara ilmu umum dengan ilmu agama, itu relevan dengan konsep Iqbal. Karena dengan kita mempelajari ilmu umum kita akan semakin yakin akan kebenaran ilmu agama yang kita pelajari, begitu juga sebaliknya.
Contoh lain adalah madrasah yang sekarang ada dalam menyelenggarakan pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi sudah diimbangi dengan keilmuan umum.
Pemikiran Iqbal senada dengan hadist Rasulullah saw:
Man araada addunya fa’alaihi bil’ilmi, waman araada alaakhirata fa’alaihi bil’ilmi, waman araada humaa fa’alaihi bil’ilmi” (Al Hadits)

BAB III
PENUTUP

Dari pemikiran-pemikiran Iqbal diatas tadi, sudah saatnya kita bergerak dan tidak terpaku dengan keadaan sekarang didalam kejumudan. Kita ingin umat Islam untuk kreatif dan dinamis dalam menghadapi hidup dan menciptakan perubahan-perubahan dibawah tuntunan ajaran al - Qur’an. Nilai-nilai dasar ajaran al – Qur’an harus dapat dikembangkan dan digali secara serius untuk dijadikan pedoman dalam menciptakan perubahan itu. Kuncinya adalah dengan mengadakan pendekatan rasional al – Qur’an dan mendalami semangat yang terkandung didalamnya, bukan menjadikannya sebagai buku Undang-undang yang berisi kumpulan peraturan-peraturan yang mati dan kaku.

Keseimbangan dalam memahami ilmu agama dan ilmu dunia akan menghantarkan manusia dalam kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat. Seseorang apabila diberi amanat atau tanggung jawab ia akan menjaganya dengan sekuat tenaganya dan tidak akan berbuat khiyanat.
Maka dari itu janganlah merasa puas dengan apa yang sudah didapat selama ini, apabila kita sekarang ahli dalam ilmu agama maka jangan sungkan untuk mempelajari ilmu umum, begitu juga sebaliknya. Tetaplah semangat dan senantiasa mengembangkan keilmuan yang dimiliki karean hal tersebut tidak akan mubadzir atau sia-sia.




DAFTAR PUSTAKA

1. Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. 2006. Ar-Ruzz: Jogjakarta.
2. Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. 2005. Gaya Media Pratama: Jakarta.
3. Azra, Azyumardi dan Syafii Maarif, Ensiklopedi Tokoh Islam dari Abu Bakr sampai Natsir dan Qardhawi. Bandung: Mizan, 2003.
4. Ali, Mukti A, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1998, Cet. 3

Pengembangan Profesi

BAB I
Pendahuluan
Penjaminan mutu telah menjadi kata kunci dalam dunia pendidikan kita dewasa ini. Hal ini menandakan mulai terjadinya kesadaran bersama akan pentingnya mutu dalam layanan penyelenggaraan pendidikan formal . Fenomena ini sudah sepatutnya ditanggapi secara positif oleh lembaga-lembaga yang terkait dengan upaya serius dan sistemik dalam peningkatan mutu pendidikan pada semua aspeknya. Salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya penjaminan mutu pendidikan adalah memastikan bahwa para pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi standar kompetensi dan melakukan pengembangan profesional yang berkelanjutan agar dari waktu ke waktu dapat meningkatkan mutu pembelajaran bagi peserta didik. Pembelajaran peserta didik merupakan salah satu hal paling penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan karena semua kegiatan pendidikan harus bermuara pada terjadinya peningkatan mutu lulusan.
Untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan diperlukan tenaga pendidikan yang profesional, adapun salah satu indikator profesionalisme pendidikan diukur sejauh mana yang bersangkutan mampu melakukan aspek pengembangan propesi seperti pembuatan karya tulis . Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio mencakup: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.


BAB II
Pembahasan
Pengembangan Profesi
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84 tahun 1993 tanggal 24 Desember 1993 menyatakan bidang kegiatan guru terdiri dari unsur utama yang terdiri dari kegiatan pada bidang pendidikan, Proses belajar mengajar dan pengembangan profesi serta unsur penunjang, sedangkan apa yang dimaksud dengan pengembangan profesi itu ?, Pengembangan profesi seperti yang dimaksud dalam petunjuk teknis jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, “adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan”
Kegiatan pengembangan profesi dalam kegiatan sertifikasi guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan mengingat,pengembangan profesi merupakan salah satu komponen dari sepuluh komponen yang menjadi bahan penilaian portopolio
Kegiatan guru yang termasuk pengembangan profesi
Beberapa kegiatan guru yang termasuk pengembangan profesi adalah sebagai berikut:
a. melaksanakan kegiatan karya tulis ilmiah dibidang pendidikan
b. menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan
c. membuat alat peraga atau alat bimbingan
d. menciptakan karya seni seperti lagu, lukisan
e. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

Apa yang dimaksud dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI)?
Karya tulis Ilmiah adalah laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain.
Meskipun berbeda macam dan besaran angka kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat ilmiah mempunyai kesamaan, yaitu:
- hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan keilmua
- kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah
- kerangka sajiannya mencerminan penerapan metode ilmiah
- tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah
Salah satu bentuk KTI yang cenderung banyak dilakukan adalah KTI hasil penelitian perorangan (mandiri) yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (angka kredit )

Persyaratan Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah yang ditulis guru hendaknya memenuhi syarat APIK (Asli,Perlu, Ilmiah dan Konsisten ) artinya
a. Asli ( Original ) karya tulis yang dihasilkan harus merupakan produk asli guru dan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dan tempat bekerja
b. Perlu/bermanfaat ( usesful) karya tulis yang dihasilkan guru harus dirasakan manfaatnya secara langsung oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
c. Ilmiah ( scientific) karya tullis yang dihasilkan harus disusun secara ilmiah, sistimatis, runtut dan memenuhi persyaratan penulisan karya ilmiah
d. Konsisten ( concistency) karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus memperlihatkan keajegan dan konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antar babbagian karya tulis yang disajikan

Dengan memperhatikan dua ketentuan dalam pengembangan profesi guru baik untuk kepentingan penilaian angka kredit bagi golongan IVa. Ke atas serta untuk kepentingan sertfikasi guru terdapat kesamaan jenis Karya tulis yang harus dikerjakan guru, yang membedakan hanya adalah seberapa besar nilai yang ditentukan, namun penulisan karya ilmiah mutlak harus dikerjakan artinya seorang guru tidak akan naik pangkat dari gol IVa ke IV b dan seterusnya jika tidak dapat mengumpulkan nilai dua belas (12) kedit point dari unsur pengembangan profesi, begitu pula untuk penilaian portopolio bagi sertifikasi seorang guru harus mendokumentasikan/mengirimkan kesepuluh unsur dalam penilaian portopolio artinya dari kesepuluh komponen yang dinilai tidak boleh kosong termasuk unsur pengembangan profesi.
Adapun dalam pembuatan karya tulis ilmiah guru, khususnya dalam melakukan pengembangan profesi berbentuk penelitian dianjurkan melakukan Penelitian Tindakan Kelas hal ini karena PTK merupakan bentuk penelitian reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar secara lebih profesional, serta dengan PTK 1. Guru tidak usah meninggalkan tugas pada saat melakukan penelitian 2.guru dapat merasakan hasil tindakannya 3.siswa dapat merasakan hasil treatmennya , sedangkan dalam pembuatan PTK hendaknya guru memperhatikan karakteristik PTK itu sendiri yang antara lain :1.permasalahan praktis di kelas 2. kolaborasi 3.ada upaya perbaikan 4.efektifitas metode/teknik 5.tidak untuk digeneralisasikan 6.tidak perlu populasi dan sampel 7.tidak ada kelas eksperimen dan control.



BAB III
Penutup
Pengembangan profesi bagi guru merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan sorang guru hal ini mengingat pengembangan profesi merupakan suatu persyaratan untuk kenaikan pangkat maupun untuk mengikuti program sertifikasi, maka dari itu penulisan karya tulis ilmiah ( KTI) dalam hal ini mempunyai nilai ganda sehingga manakala sorang membuat KTI maka yang bersangkutan dapat mempergunkannya untuk kenaikan pangkat sekaligus untuk sertifikasi ,

Daftar pustaka
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Pemikiran
Pendidikan
Moral
Harun
Nasution
Diakui dalam diskursus wacana cendekiawan muslim bahwa pada ranah pemikiran
pendidikan ada hubungan keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan agama dan
moral. Pendidikan Islam misalnya tidak terlepas dari upaya penanaman nilai-nilai
serta unsur-unsur agama pada jiwa seseorang, yang diantaranya adalah nilai-nilai
moral atau yang biasa disebut dengan Akhlaq. Nilai-nilai moral yang dimaksudpun
tidak terlepas dari ajaran-ajaran normativitas agama Islam seperti yang telah
dicontohkan oleh Rasul. Rasulullahpun bersabda dalam sebuah Hadits bahwa Beliau
diutus kepada manusia adalah untuk menyempurnakan akhlaq/moral manusia.
Tentang eratnya hubungan agama dengan moral ini kita dapat menganalisa dari
keseluruhan ajaran agama Islam itu sendiri, bahwa akhirnya akan berujung pada
pembentukan moral. Perintah mengucapkan dua kalimat syahadat misalnya yang
merupakan inti awal masuknya seseorang ke dalam agama Islam, mengandung pesan
moral agar segala ucapan dan perbuatannya dimotivasi oleh nilai-nilai yang berasal
dari Tuhan dan Rasul-Nya, mencontoh sifat-sifatnya dan sekaligus diarahkan untuk
selalu mendapat keridhaannya. Selanjutnya perintah shalat ditujukan agar terhindar
dari perbuatan yang keji dan mungkar (lihat Q.S. al-Angkabut,2:183). Perintah zakat
ditujukan untuk menghilangkan sifat kikir dan menumbuhkan sikap kepedulian (lihat
Q.S. al-Taubah,2:103). Perintah ibadah haji ditujukan agar menjauhi perbuatan keji,
pelanggaran secara sengaja (fasiq), dan bermusuh-musuhan (lihat Q.S. al-
Baqarah,2:197).
Kaitannya dengan uraian di atas Harun Nasution kemudian berkesimpulan bahwa
sebenarnya ajaran normativitas agama Islam terdiri dari dua dimensi pokok yaitu:
masalah-masalah ke-Tuhan-an atau ketauhidan dan masalah-masalah kebaikan serta
keburukan atau moral.
Dalam mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam ini maka diperlukan seperangkat
proses maupun aturan sebagai media transformasi sekaligus internalisasi nilai-nilai
ketauhidan dan moral yang dimaksud berupa proses dan perangkat pendidikan Islam.
Perangkat pendidikan Islam harus memiliki beragam komponen di antaranya adalah
pendidik, orang yang akan dididik, materi, tujuan, metode dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan Islam menurut Harun Nasution adalah untuk membentuk manusia
yang bertaqwa, yang mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Bertaqwa yang dimaksud adalah seperti apa yang digambarkan dalam al-Qur’an
yaitu, mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, menginfakkan
sebagian rezeki, beriman kepada Al-qur’an dan kitab-kitab yang telah diturunkan
Allah kepada Rasul-Nya serta yakin akan adanya hari kiamat (lihat Q.S. al-
Baqarah,2:3-4).
Dari konsep tersebut akan dapat kita tangkap bahwa tujuan pendidikan Islam
mengindikasikan kearah dua kutub yang berbeda namun saling berkaitan yaitu, di
samping mengutamakan ketauhidan dengan segala persoalannya (teosentris), tetapi
juga mengakomodasi pentingnya peran moral manusia dalam berinteraksi dengan
jenisnya (humanis).
Tentang dua indikasi ini Harun Nasution berpendapat bahwa pendidikan Islam
sebaiknya memiliki bahan/materi pendidikan yang secara umum didasarkan pada
tujuan spiritual, moral dan intelektual, yang kemudian oleh pakar pendidikan disebut
dengan istilah Kecerdasan Spiritual, Intelektual, dan Emosional.
Meski begitu, Harun Nasution melihat lebih pentingnya penekanan terhadap aspek
pendidikan moral. Pendapat tersebut mengisyaratkan beberapa kemungkinan bahwa
pendidikan moral akan dengan sendirinya mengarahkan manusia kepada konsep
tauhid dalam Islam. Bahwa dengan aturan moral dapat ditarik hikmah akan adanya
pencipta yang mengatur segalanya di bawah satu Pengatur yaitu Tuhan. Dan juga
bahwa pendidikan moral merupakan bentuk lain dari pendidikan tauhid. Sampai di
sini kiranya apa yang ingin ditafsirkan oleh Harun Nasution tentang hadits “Bu’itstu li
utammima makaarimal akhlaaq”.
Pendapat ini seperti juga yang disampaikan oleh Ibn Miskawaih bahwa letak
keutamaan pentingnya pendidikan moral adalah dalam urgensi nilainya yang cukup
signifikan dalam membentuk kepribadian manusia. Bahwa semua krisis yang melanda
manusia termasuk di dalamnya krisis spiritual lebih disebabkan oleh hancurnya
pendidikan Akhlak. Minusnya moral (akhlaq) ini akan membuat predikat manusia
yang mulia – dengan akhlaq dan taqwa – turun menjadi hina (lihat Q.S. al-Tin,95:5).
Karena penekanan pendidikan Islam adalah pendidikan moral, maka metode yang
dipakai menurut Harun sebaiknya :
1. Pemberian contoh dan teladan
2. Pemberian nasehat
3. Pemberian bimbingan / tuntunan moral dan spiritual
4. Kerjasama antara tiga komponen pendidikan yaitu; sekolah, rumah (keluarga),
dan lingkungan (masyarakat)
5. Tanya jawab dan Diskusi
6. Kerjasama dengan pihak lain
Agar metode tersebut dapat berjalan dengan baik dan benar maka perlu untuk
memperhatikan kondisi para pendidiknya. Kualitas pendidik Islam harus
mencerminkan pendidik yang bertanggung jawab, penuh wibawa, cerdas, tangkas,
beriman dan memiliki wawasan yang luas. Menurut Harun kualitas para pendidik
Islam setidaknya memiliki kriteria :
1. Sanggup memberi contoh
2. Menguasai ilmu-ilmu pendidikan
3. Menguasai pengetahuan yang luas tentang agama
4. Menguasai pengetahuan umum
Kemudian apabila melihat kepada anak didik, Harun Nasution berpendapat bahwa
pendidikan Islam yang menekankan pentingnya pendidikan moral ini harus
dilaksanakan sejak anak masih bersih kalbunya dan belum ternodai oleh kebiasaankebiasaan
tidak baik, kerena menurutnya apabila sudah ternoda akan susah untuk
menghilangkannya.
Pendapat tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ali Asyraf bahwa
pendidikan moral harus ditanamkan terhadap seorang anak sejak dari tahap awal
sekali walaupun realisasi spiritual yang sebenarnya merupakan pencapaian terakhir.
Artinya pendidikan moral diusahakan dilaksanakan semenjak anak masih dini dan
belum terlalu mengenal kehidupan lingkungan yang begitu luas.
Emile Durkhiem pun berpendapat demikian, bahwa kondisi perkembangan intelektual
anak-anak usia dini masih belum sempurna. Begitu juga kehidupan emosinalnya
masih terlalu sederhana dan belum berkembang. Nah pada tahap inilah penanaman
aspek dasar pendidikan moral sangat dipentingkan untuk dapat diserap oleh mereka.
Sebaliknya apabila telah melewati tahap usia dini tetapi belum diletakkan dasar-dasar
moral kepada mereka, maka dasar-dasar moral itu tidak akan pernah tertanam dalam
diri si anak. Sampai di sini Harun Nasution kemudian menekankan pentingnya
penekanan terhadap terminologi pendidikan itu sendiri dari sekedar pengajaran moral
Islam. Hal tersebut penting karena di masyarakat telah terjadi salah kaprah tentang
pendidikan itu sendiri. Titik tekan pendidikan moral diletakkan pada bagaimana si
anak terdidik berpengetahuan moral, bukan bertujuan bagaimana mereka memiliki
jiwa yang sangat bermoral secara Islami.
2.
Pemikiran
Pendidikan
Moral
Nur
Cholish
Madjid
Lain halnya dengan Harun Nasution, Nur Cholish Madjid menyoroti lebih tajam
tentang pendidikan moral dalam perspektif pendidikan Islam. Ia berpendapat bahwa
penekanan pendidikan moral harus lebih diarahkan pada bagaimana membentuk
manusia dapat saleh secara maknawi dan bukan hanya saleh lahiri. Kaitannya dengan
ini Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah tidak melihat kondisi lahiriah manusia tetapi
lebih melihat kondisi batinnya (lihat Q.S. an-Najm,53:32 dan an-Nisa’ 4:49).
Kesalehan maknawi yang dimaksud adalah kemuliaan moral yang tampak sangat
melekat pada pribadi seseorang tanpa terjebak maupun dijebak oleh keadaan-keadaan
formalitas masyarakat sekelilingnya. Dalam konteks pendidikan Islam kesalehan
maknawi ini merupakan wujud dari akhlaqul karimah atau akhlaq mulia.
Lebih lanjut akhlaq mulia dalam dimensi yang lebih luas berkaitan dengan prinsipprinsip
inklusivisme keagamaan (wajib beriman), kosmologi (paradigma optimispositif
kepada alam, yang juga berkaitan dengan teori ilmu yang benar), antropologi
(pandangan manusia sebagai makhluk tertinggi dengan hak-hak asasinya,
yangdilahirkan dalam fitrah dan bersifat hanif). Kemudian berkenaan dengan
kesalehan maknawi ini, pertanyaan penting yang harus dijawab adalah bagaimana
cara membuat para calon terdidik dapat beramal saleh dengan sebanr-benarnya tanpa
terjebak ke dalam kehidupan pragmatisme. Seperti yang telah menjadi rahasia umum
bahwa dalam kondisi sosial masyarakat yang serba modernis, hedonis, pragmatis
seringkali menyebabkan keguncangan jiwa masyarakat itu sendiri, yang akhirnya
mengakibatkan tampilnya secara subur simbol-simbol keagamaan formal dan
penampilan-penampilan keagamaan lahiriah, sehingga kesalehan lahiripun mengecoh
orang banyak. Jawabannya sulit memang tetapi dengan kesungguhan usaha dari para
pendidik diharapkan akan mampu diwujudkan para calon terdidik dengan kesalehan
yang diharapkan.
Untuk itu, diantara yang perlu dipersiapkan adalah para calon terdidik yang benarbenar
excellent dalam pendidikan Islam, yang diantaranya mampu mencerminkan
sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasulullah yaitu; shiddiq, amanah, tabligh, fathonah.
Dalam hal ini kesulitan yang menghadang adalah bahwa paradigma para calon
terdidik telah dikungkung oleh pandangan umum akan rendahnya kualitas studi-studi
keagamaan sebagai akibat dari padangan “modern” saat ini, gengsi keagamaan khusus
merosot tajam, karena dianggap tidak mampu memberi “janji kerja” (promise job)
yang memadai dan lain sebagainya. Di lain hal kebutuhan akan tenaga pengajar yang
benar-benar profesional di bidangnya, terutama pendidikan moral ke-Islaman, sangat
jarang ditemukan. Yang ada hanyalah tenga pengajar yang terjebak ke dalam mind set
nya sendiri akan ajaran-ajaran dogmatis yang kaku dan tidak dapat menarik perhatian.
Melihat kesulitan-kesulitan di atas, ada beberapa solusi pemecahan alternatif
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abuddin Nata yaitu: pertama, pendidikan
agama yang dapat menghasilkan perbaikan moral harus dirubah dari model
pengajaran agama kepada pendidikan agama. Kedua, pendidikan moral dapat
dilakukan dengan pendekatan integrated, yaitu dengan melibatkan seluruh disiplin
ilmu pengetahuan. Ketiga, sejalan dengan cara yang kedua tersebut, pendidikan moral
harus melibatkan seluruh guru. Keempat, pendidikan moral harus didukung oleh
kemauan, kerjasama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari
keluarga/rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Kelima,pendidikan moral harus
menggunakan berbagai macam kesempatan, berbagai sarana teknologi modern dan
lainnya seperti kesempatan berekreasi, berkemah, sarana masjid, surat kabar, radio,
televisi dan lain sebagainya.
3.
Pemikiran
Pendidikan
Moral
Mukti
Ali
Secara umum, Mukti Ali menyoroti masalah etika, akhlaq atau moral lebih pada
bagaimana ia dapat diakses dan diterapkan oleh golongan pelajar yang terbagi dua
yaitu, golongan intelektual atau cendekiawan dan kaum praxis. Menurutnya kaum
cendekiawan dengan kemampuan intelektualnya harus memiliki nilai-nilai moral
dalam setiap ranah intelektual pengetahuannya. Ide-ide, konsep-konsepnya harus bisa
lebih mendorong mereka untuk perbaikan-perbaikan, penyempurnaan-penyempurnaan
dari sebuah keadaan yang sekarang dialami. Hal ini bukan berarti keadaan sekarang
tidak lebih baik, tetapi bagaimana kegelisahan para cendekiawan tersebut dapat
memberi sumbangan berarti terhadap keadaan moral masyarakat ke arah yang lebih
baik. Untuk itu, menurut Mukti Ali, salah satu syarat seorang cendekiawan terutama
cendekiawan muslim adalah bahwa ia harus memiliki kecakapan untuk melahirkan
pikiran-pikiran tentang moral dalam kata-kata, baik lisan maupun tulisan.
Sedangkan kepada golongan praxis, yang lebih dituntut adalah bagaimana ia dapat
menerapkan praktek moral dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat berkaitan
dengan hal-hal yang kongkrit. Lebih jauh tugasnya adalah melakukan tindakantindakan
untuk mengatasi persoalan-persoalan empirik.
Sampai di sini, menurut hemat penulis, sebenarnya perbedaan antara kaum
intelektualis dan kaum praxis ini hanyalah memiliki fungsi untuk memisahkan bidang
garap masing-masing kaum itu sendiri, tidak lebih pada bagaimana keduanya samasama
memiliki peran yang signifikan dalam proses kehidupan bermoral di masyarakat.
Atau lebih jelasnya pemisahan itu untuk memberikan batasan-batasan peran masingmasing
dalam memberikan sumbangan manfaat ke dalam kehidupan berinteraksi
sosial. Untuk itu maka perbedaan tersebut mungkin lebih dikenal sebagai perbedaan
dialektis daripada perbedaan dikotomis.
Perbedaan dialektis yang dimaksud adalah bahwa titik temu kedua terminologi
tersebut adalah bahwa kaum intelektualis dengan kritik sosial dan ide-ide moralnya
dapat mampu menyumbangkan hal yang bermafaat dalam tataran praxis. Dan bahwa
kaum praxis dengan sendirinya akan memberikan sumbangan berharga bagi
pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh kaum intelektualis.
Kemudian keluar dari permasalahan tersebut, seperti pendapat para cendekiawan
muslim lainnya, Mukti Ali tidak menafikan akan adanya hubungan ‘organik’ antara
pendidikan agama dan moral. Bahwa sistem agama, yang berupa oerientasi nilai,
keyakinan, norma hukum, juga mempunyai saham yang tidak kecil dalam membentuk
watak dan tingkah laku seseorang.
Lebih jauh menurutnya fungsi pokok agama adalah mengintegrasikan hidup. Bahwa
agama dengan nilai-nilai moralnya amat diperlukan dalam kehidupan manusia.
Contoh kecil dari hubungan agama dan moral ini dapat dilihat dari fenomena dewasa
ini tentang kekhawatiran masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial yang
merugikan akhlak atau moral di kalangan penduduk kota-kota besar. Dalam hal ini
nilai-nilai moral dalam agama dirasa penting untuk diterapkan.
Dalam Islam, al-Qur’an misalnya menginginkan untuk menegakkan kehidupan
masyarakat yang egaliter, baik sosial,politik dan sebagainya yang ditegakkan pada
dasar-dasar etika. Hal tersebut dapat dilihat dari ayat-ayat yang menyiratkan tentang
“memakmurkan bumi” atau “menjauhi kerusakan di dunia”. Juga dapat dilihat dari
ayat tentang tugas manusia yang dinyatakan dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Sampai di sini semakin jelalah akan adanya hubungan yang tak teroisakan antara
nilai-nilai agama yang diinternalisakan kepada manusia dengan pendidikan agama
dengan pendidikan moral.

Kamis, 19 Agustus 2010

KUDA LUMPING DIDESA NONGKO SEWU

BAB I
PENDAHULUAN

Kuda lumping atau lazim disebut jaran kepang merupakan kesenian rakyat yang bersifat ritual warisan nenek moyang. Hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai kesenian primitif, yaitu sebagai sarana upacara ritual, gerakan sederhana diutamakan hentakan kaki, mengandung unsur magis/intrance, bersifat spontan, merupakan kebutuhan/kelengkapan hidup (Soedarsono dalam Minarto, 2002:21).
Seperti halnya kesenian rakyat pada umumnya, kesenian jaran kepang kedudukannya di masyarakat memiliki tiga fungsi, yaitu ritual, pameran atau festival kerakyatan, dan tontonan atau bersifat entertainment, yaitu kepuasan batin semata (Hadi, 2005:206). Dalam fungsinya sebagai ritual, jaran kepang memiliki berbagai macam simbol yang bernilai ritual, baik yang berupa fisik seperti uborampen atau alat kelengkapan ritual, pakaian, perhiasan dan lain-lain, pencaharian, sistem religi/kepercayaan, dan kesenian.
Kesenian sebagai karya atau hasil simbolisasi manusia merupakan sesuatu yang misterius. Namun demikian, secara universal, jika berbicara masalah kesenian, orang akan langsung terimaginasi dengan istilah indah . Jaran kepang sebagai hasil karya seni merupakan sistem komunikasi dari bentuk dan isi . Bentuk yang berupa realitas gerak, musik, busana, property, dan peralatan (ubarampen) secara visual tampak oleh mata (oleh Lavi Strauss ini dinamakan struktur lahir atau surface structure (Ahimsa, 2001:61). Namun, isi yang berupa tujuan, harapan, dan cita-cita adalah komunikasi maya yang hanya dapat dipahami oleh masyarakat landasan konseptual yang bersumber pada kompleksitas sistem simbol.








BAB II
PEMBAHASAN
A. JARAN KEPANG SEBAGAI SARANA UTAMA SUGUH DALAM RITUAL BERSIH DESA

Ritual bersih Desa di Desa Nongkosewu selalu dilaksanakan setahun sekali pada bulan Jawa Suro. Tanggal pelaksanaannya bersifat longgar berdasarkan kesepakatan warga desa, umumnya dipilih hari Jumat atau Minggu. Pelaksanaan ritual bertempat di tempat yang dianggap keramat, tempat bersemayamnya punden Desa, yaitu Mbah Karang. Mbah Karang dipercaya sebagai pelindung desa karena Mbah Karang orang sakti yang pertama membuka hutan yang dijadikan Desa dan di sekitarnya ditanami pohon nangka. Desa tersebut namanya mengabadikan nama Mbah Karang yang menanam seribu pohon nangka di desanya maka Desa tersebut dinamakan Desa Karangnongko. Desa itu memiliki tiga Dusun, yaitu Dusun Krajan, Dusun Nongkosewu dan Dusun Baran Nongkosewu. Pusat Desa dinamakan dusun Krajan, artinya tempat raja atau tempat penguasa. Dusun Nongkosewu merupakan sumber asal mulanya Desa Karangnongko sedangkan Dusun Baran Nongkosewu merupakan wilayah yang ditempati oleh orang-orang pendatang dari Desa lain untuk bekerja (boro kerjo). Dari istilah boro kerjo, dusun tersebut dinamakan Baran.
Pelaksanaan ritual bersih Desa pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai dengan 09.00, acara diawali dengan dongo ekral, yaitu mantra berbahasa Jawa yang dipimpin oleh sesepuh Desa atau pawang/dukun; kemudian dilanjutkan doa bersama berupa tahlil yang dipimpin ulama setempat. Setelah selesai dilakukan makan syarat, semua peserta ritual memakan sedikit dari uborampen berupa tumpeng, jenang abang, dan pecok bakal. Setelah itu, dilaksanakan tarian Jaran kepang dengan penari/penggambuh dan pengendang Tuwek yang memimpin dan mengendalikan prosesi. Kira-kira 8 10 menit kemudian, penggambuh kerasukan (kalap/ ndadi) kemudian pemimpin prosesi diambil alih oleh di tempat luas yang sudah disepakati. Di situ jaran kepang main untuk hiburan/kesenangan dengan menampilkan berbagai macam atraksi maupun keterampilan pemainnya. Pertunjukan diakhiri sekitar pukul 17.00. Pada malam harinya, biasanya, dilanjutkan dengan kesenian tayuban atau wayangan atau melanjutkan jaran kepang sampai pukul 03.00 dini hari. Pertunjukan apa yang disuguhkan malam hari tergantung dari kesepakatan warga Desa yang mendapat masukan dari sesepuh Desa atau pawang/dukun.
Dukun/pawang dalam banyak hal menjadi patron bagi warga masyarakat, tetapi bagi kelompok lain, ia justru menjadi penghalang pencapaian tujuan. Bagi kelompok agamis (kelompok ini oleh Geertz [1980] dinamakan santri, sedang kelompok lain dinamakan abangan dan priyayi), perilaku sosial ritual tersebut merupakan larangan agama karena dianggap musrik atau menyekutukan Tuhan. Terlebih perilaku intrance/kalap atau kerasukan roh merupakan perbuatan yang sangat dilarang sebab bersahabat dengan makluk Tuhan yang dilaknat, yaitu setan. Oleh karena itu, kelompok itu berusaha untuk mencari/merebut pengaruh dari masyarakat Desa dengan menebar pernyataan atau fatwa agama yang menentang. Fatwa yang disampaikan melalui pengajian/pertemuan umum maupun secara individual tentang perilaku ritual nyandran punden sebagai dosa besar dan sanksinya adalah siksa neraka. Sedemikian kuatnya pengaruh fatwa yang dilaksanakan maka memengaruhi perilaku sosial sehingga terjadi suatu perubahan sosial. Yang semula ritual dilaksanakan oleh semua warga desa, kini cukup diwakili sebagian warga, semula acara bersih Desa dilaksanakan tiga hari tiga malam, kini hanya sehari semalam. Semula konsumsi disediakan oleh semua warga Desa yang berupa makanan, kini sebagian warga menyumbangkan sedikit uang, bahkan ada yang sama sekali tidak memberi. Dalam teori struktur fungsional, kelompok itu (agamis) disfungsional bagi kelompok penganut ritual. dapat menjaga keseimbangan dan harmonisasi warganya.
Perubahan perilaku sosial dipicu oleh perebutan pengaruh sosial dan tujuan antara
kelompok agamis dan kelompok netral (nasional) sehingga menimbulkan disfungsional
di antara keduanya. Akan tetapi, bersifat alamiah dan evolusioner sehingga perubahan tersebut relatif lama.

B. PELEMBAGAAN JARAN KEPANG DI DESA NONGKOSEWU
Eksistensi jaran kepang Desa Nongkosewu merupakan satu kesatuan system Desa Nongkosewu. Kesenian itu hidup didukung oleh masyarakatnya, karena kedudukan jaran kepang itu memiliki fungsi yang amat kuat. Di samping sebagai sarana rekreatif, kesenangan, juga berfungsi ritual.
Struktur pelembagaannya memiliki keunikan yang berbeda dengan lembaga social lainnya. Keunikan struktur pelembagaannya terletak pada keyakinan terhadap anggota imajiner lembaga yang bersifat transendental. Yang dimaksud adalah hubungan dengan penguasa atau pelindung Desa yang bersifat imaginatif , yaitu makluk maya yang lazim disebut punden atau mbahureksa. Hubungan yang dibina dalam pelembagaan bersifat herarki emosional. Dalam hubungan itu, aturan, konvensi maupun kode-kode yang terdapat di dalam jaran kepang dianggap sebagai lembaga social yang mapan, sah yang pola perilaku kemapanannya telah diterima, dipelihara dan dipertahankan sehingga selalu tampak hidup dalam masyarakat, bahkan tanpa memedulikan bentuk dan isinya yang hanya bergantung pada kesepakatan. Mengingat konvensi seperti itu dianggap sebagai suatu lembaga sosial yang sah sebagaimana lembaga sosial lainnya, pelanggaran terhadapnya dipandang sebagai ancaman terhadap keseluruhan struktur social masyarakat dengan seluruh lembaga yang ada. terhadap lembaga jaran kepang.
Struktur pelembagaan tersebut menunjukkan bahwa semua komponen strutur berhubungan imajiner dengan punden/Mbah Karang. Pada umumnya, masyarakat menerima bahwa orang yang paling dekat dengan punden adalah pawang/dukun jaran kepang. Hal itu diterima karena dukun atau pawang jaran kepang selalu memiliki kelebihan kekuatan batin. Pawang adalah orang yang dipercaya dan memiliki kekuatan supranatural sehingga ia dapat berkomunikasi langsung dengan alam transendental. Oleh karena itu, kedudukan pawang dalam hal ini memiliki fungsi ganda. Pertama, sebagai penyelaras keseimbangan dan kemapanan. Kedua, sebagai sarana komunikasi antara warga masyarakat dengan alam bawah sadar yang fungsinya untuk meminta . Permintaan warga bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan, misalnya meminta keselamatan desa, meminta jodoh, meminta sembuh, bahkan meminta kaya. Hubungan pawang dengan kepala Desa maupun sesepuh Desa sifatnya konsultatif sehingga pawang memiliki otoritas ritual.
Dengan kata lain, pawang bukan bawahan kepala Desa atau bukan pula andahan/ bawahan sesepuh desa/kamituwo. Sedangkan, hubungan antara dukun dengan pengendang dan penari bersifat struktural emosional sekalipun lunak. Pengendang dan penari merupakan orang yang dipercaya dapat menerusjalankan warisan tradisional. Hal itu dapat dimengerti karena hidup matinya pertunjukan jaran kepang terletak padapengendang yang mengikuti dan memberi daya hidup pada pertunjukan.
Pengendang yang dipercaya memegang fungsi kendali dalam ritual ditentukan oleh pawang, yaitu orang yang cukup berpengalaman dan berusia lanjut, apalagi jika kendangannya bagus. Oleh karena itu, pengendang itu dinamai pengendang Tuwek (tua/berusia lanjut). Sedangkan, penari penggambuh adalah penari senior yang rata-rata memiliki ilmu-ilmu yang bersifat tertutup. Secara konvensional, penggambuh itu akan mendapat julukan roh yang biasa memasuki raga penari tersebut, misalnya Dhadhungawuk, Klono, Blerok, dan lain-lain. Secara administratif, kehidupan
pelembagaan jaran kepang dijalankan oleh pengurus yang strukturnya sangat sederhana dan bersifat fleksibel terbuka, cukup ada ketua, sedangkan sekretaris, bendahara, seksi-seksi penunjangndilaksanakan secara gotong-royong oleh siapa saja yang siap. Hal itu terjadi karena pelembagaan jaran kepang tidak bersifat profit oriented, akan tetapi lebih bersifat kenikmatan, pemuasan diri, dan tanggungjawab terhadap kelangsungan tradisi desa.
Oleh karena itu, jika pentas atau diminta main, yang dibicarakan pertama bukan honorariumnya, melainkan seberapa luas lapangan permainan dan seberapa jauh lokasi dari desa. Hal itu dipakai sebagai pedoman untuk menentukan jumlah peserta yang ikut. Jaran kepang tersebut milik masyarakat desa sehingga anggotanya pun adalah masyarakat Desa yang tidak perlu mendaftarkan diri dan tidak pernah ditanyakan kartu
anggotanya. Itu sebabnya jika diminta main, bukan honorarium yang diutamakan, tetapi dapat menampung berapa pemain dan penoton. Dalam kenyataannya, perilaku berkesenian pedesaan bukan lahan profesionalisme lebih-lebih mata pencaharian, tetapi lebih berfungsi kebutuhan rohaniah dan pencerahan.
struktur pelembagaan jaran kepang di bawah ini.:
- Anggota dan Warga Desa
- Penari/penggambuh
- Dukun/Pawang Kamituwa/orangyang berusia lanjut
- Ketua/Pelindung Formal
- Pengendang Tuwek
- Punden Desa







BAB III
PENUTUP

Keberadaan pelembagaan jarankepang di Desa Nongkosewu merupakan bagian dari sistem pelembagaan desa. Dengan demikian, secara struktur berfungsi dan saling berhubungan dengan sub-sub sistem lainnya. Dalam hubungannya dengan ritual bersih desa , Jaran kepang bermakna sebagai benteng desa/kekuatan desa, secara fungsional, ia
dibutuhkan oleh masyarakat desa. Struktur pelembagaan jaran kepang Nongkosewu memiliki keunikan karena menganggap anggota lembaganya bukan hanya pada alam fisik, melainkan juga alam transendental, yaitu Punden/Mbahurekso Desa yang bernama Mbah Karang. Pola pelem-bagaannya dianggap mapan (status quo) sehingga dapat menjaga keseimbangan dan harmonisasi warganya.
Perubahan perilaku sosial dipicu oleh perebutan pengaruh sosial dan tujuan antara kelompok agamis dan kelompok netral (nasional) sehingga menimbulkan disfungsional
di antara keduanya. Akan tetapi, bersifat alamiah dan evolusioner sehingga perubahan tersebut relatif lama

Rencana pelaksanaan pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Satuan Pendidikan : Madrasah Tasnawiyah
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/ Semester : VIII/ I
Pertemuan Ke : 3
Alokasi waktu : 1 x 40 Menit

A. Standar Kompentensi
Memahami perkembangan masyarakat islam pada masa bani abbasiyah
B. Kompensi dasar
Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan/ peradaban islam pada masa bani Abbasiyah
C. Indikator
1. Siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh ilmuwan muslim pada masa perkembangan peradaban bani Abbasiyah
2. Siswa dapat menjelasakn peranan tokoh-tokoh ilmuwan muslim pada masa perkembangan peradaban bani Abbasiyah
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah siswa mempelajari tentang lahirnya tokoh-tokoh dari perkembangan peradaban islam pada masa bani abbasiyah dengan menggunakan metode Interractive Lecturing, Tanya jawab dan teka teki silang diharapkan peserta didik dapat menjelaskan dan menyebutkan peran tokoh-tokoh dalam peradaban islam pada masa bani abbasiyah.
E. Materi pembelajaran
Lahirnya tokoh dari perkembangan kebudayaan peradaban islam pada masa bani Abbasiyah.

F. Metode dan Straegi Pembelajaran
Metode : Interactive lecturing
Strategi : Tanya jawab Teka teki Silang
G. Langkah – langkah Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Waktu
Kegiatan awal  Menarik minat siswa (Mengucapkan salam, mengabsen, menanyakan keadaan siswa dan memotivasi).
 Apersepsi (Menanyakan kembali pelajaran yang telah disampaikan yaitu tentang perkembangan kebudayaan/ peradaban islam pada masa bani abbasiyah)
 Pre-test (menanyakan sejauh mana pengetahuan siswa tentang tokoh-tokoh dari perkembangan kebudayaan peradaban islam pada masa bani abbasiyah)
 Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai 7 menit
Kegiatan inti  Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai lahirnya tokoh-tokoh ilmuwan islam dan peranannya pada masa bani abbasiyah .
 Siswa menanyakan hal yang belum dipahami.
 Guru memberikan klarifikasi
28 menit
Kegiatan Akhir  Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari.
 Guru memeberikan Post-test dengan menggunakan teka teki silang
 Guru bersama dengan menutup pelajaran dengaan doa. 5 menit

H. Penilaian
- Pengamatan
- Uraian
a. Pengamatan
Sikap dan perhatian siswa didalam kelas selama kegiatan belajar mengajar
b. Soal uraian
1. Siapakan nama filosuf muslim pertama?
2. Al- Farabi terkenal dengan filsafatnya yang bernama apa?
3. Karya monumental ibnu sina dalam bidang kedokteran adalah?
4. Kritik Al- Ghazali terhadap pemikiran para filosof tertuang dalam karyanya yang berjudul?
5. Ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang kimia adalah?
Kunci jawaban
NO. Jawaban Skor
1 Al- Kindi 2
2 Emanasi (pancaran) 2
3 Al- Qonun Fi al-Thibb 2
4 Tahafut al- falasifah 2
5 Jabir bin Hayyan 2
Jumlah 10

I. Alat dan Sumber belajar
1. Alat belajar
- Papan tulis
- Kertas karton
- Spidol

2. Sumber Belajar
- Ibrahim, tatang. 2009, Sejarah Kebudayaan Ialam Madrasah Tsanawiyah kelas VIII, Bandung : Armico
- Murodi,H. 2009, Sejarah Kebudyaan Islam Madrasah Tsanawiyah kelas VIII, Semarang: PT Karya Toha Putra

Yogyakarta 30 Juli 2010

Mengetahui
Guru Pembimbing SKI Mahasiswa Praktikan

A. Karim, S. Ag Kholid Udin